“Doa adalah nafas hidup” (Yohanes Calvin “INSTITUTIO III.20.II). Sampai berapa lama manusia sanggup menahan nafas?. Betapa sesak rasa dada kita jika tidak bernafas sebentar saja dan orang yang sudah tidak bernafas adalah orang yang sudah mati. Demikian pula tanpa doa manusia akan “mati”, bukan mati secara jasmani tetapi mati secara rohani (spirit). Doa orang yang benar adalah Doa yang sepi akan hasrat untuk memuaskan hawa nafsu seperti yang dinyatakan dalam Yakobus 4:3 Doa adalah soal relasi , jadi kalau Doa adalah nafas hidup berarti suatu relasi yang terus –menerus harus dilakukan. Relasi dalam Doa kepada Allah bukanlah relasi yang jauh, tetapi juga tidak setara. Allah kita sapa dengan Bapa karena kedekatanNya, tetapi Ia juga adalah Allah yang kudus. Doa juga merupakan relasi kita dengan sesama, Doa orang benar adalah orang yang mengasihi, menerima, dan mengampuni sesama, menghargai orang lain dan tidak melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Doa setiap hari akan mempersenjatai kita untuk menghadapi segala pergumulan hidup di dunia ini. Doa adalah dialog, Tuhan menyediakan ruang untuk berdialog dengan manusia ciptaanNya. Dalam bacaan hari ini kita menyaksikan dialog antara Abraham dengan Allah tentang hukuman yang akan dilakukan Allah terhadap Sodom. Dalam Doa sikap “rendah hati” mutlak diperlukan. Ketika kita berdoa tidak sedang memberi perintah atau nasihat kepada Tuhan, tetapi suatu penyembahan dalam kerendahan hati. Rendah hati adalah lawan kata dari kesombongan. Kesombongan adalah suatu hal yang tidak disukai oleh Tuhan (Mazmur 101:5). Tetapi kerendahan hati adalah sikap yang disukai dan dikasihi Tuhan ( Amsal 3 : 34; Yakobus 4 : 6; 1 Petrus 5 : 5 ) sikap rendah hati adalah milik orang- orang yang hidupnya berserah kepada Tuhan (Mazmur 149 : 4; Mikha 6 : 8; Mazmur 69 : 33). Adapun sikap rendah hati ditunjukkan oleh keteladanan Tuhan Yesus (Matius 11 : 29). Kerendahan hati juga berarti sikap yang menganggap orang lain lebih utama dari dirinya sendiri (Filipi 2 : 3). Oleh karena itu kita sebagai orang percaya harus terus –menerus mencari, menngenakan, dan selalu hidup dengan rendah hati. Sebagai orang- orang percaya sudahkah kita memiliki dan senantiasa hidup dalam kerendahan hati?. Renungkanlah! (bdu). |