Salah satu keprihatinan utama dan terus-menerus bagi banyak orang di masa kini adalah bagaimana cara menggunakan atau mengisi waktu, yaitu bagaimana setiap orang mampu mengatasi dan memenuhi keperluannya dalam hidup yang terbatas tepat pada waktunya. Keperluan-keperluan itu dapat menjelma melalui keluarga, teman-teman, pekerjaan, pelayanan, hobi, dsb. Tentu benar, bahwa setiap orang memiliki prioritas yang berbeda-beda. Di dalam prioritas itu pula dituntut pengorbanan waktu seseorang. Semakin sibuk seseorang terhadap sebuah keperluan, maka semakin banyak waktu yang akan dihabiskan untuk merealisasikannya. Namun, apakah keperluan itu merupakan sesuatu yang mendesak dan penting? Atau, sesuatu yang tidak mendesak dan tak penting? Berapa banyak waktu yang telah dipergunakan untuk memenuhi prioritas tersebut? Pengkhotbah pasal 3:1-15, menggambarkan apa yang terjadi, yang dialami dan juga prioritas manusia di muka bumi, ada di dalam sebuah rentang batas waktu tertentu dan yang diyakini merupakan pemberian Allah. Oleh karena itu, jikalau waktu merupakan pemberian Allah (baca: anugerah) dan terbatas, selayaknyalah setiap orang mau menggunakan waktu secara tepat dan bermakna. Dengan kata lain, menggunakan waktu dengan cara demikian, artinya seseorang sedang melakukan penyelamatan waktu dan membebaskan diri dari pemborosan dan kesia-siaan yang tak bertanggungjawab pada anugerah Allah. Jadi, katakanlah pada diri : “Waktuku Tak Panjang, maka aku mau menggunakan waktu bersama dan di dalam Allah. - [CH] |