Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “mentalitas” berarti keadaan dan aktivitas jiwa (batin), cara berpikir dan berperasaan. Jika dikaitkan dengan tema di atas, tema ini menjadi sesuatu yang menakutkan dan memprihatinkan jikalau sikap menyalahkan ini dimiliki oleh seseorang. Bisa dibayangkan, sikap ini yang mengendalikan hati dan pikiran seseorang. S’pertinya orang tersebut patut dikasihani! Dapat dipastikan bahwa orang tersebut bukanlah orang yang bertanggungjawab. Ia akan memilih oranglain, situasi dll. sebagai “kambing hitam”dari situasi yang terjadi. Namun, ada yang lebih memprihatinkan dari menjadi orang yang tidak bertanggungjawab yang perlu disadari yaitu, sikap menyalahkan hanya akan menjadi Penghalang Kebenaran. Bukankah setiap orang memerlukan tuntunan hidup dalam terang kebenaran! Manusia tanpa kebenaran hanyalah manusia yang terus terjerumus dalam dosa. Injil menurut Matius memperlihatkan bahwa mentalitas menyalahkan yang mengusai para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berdampak bagaimana mereka sulit menerima kebenaran yang bersumber dari Yesus. Mereka senantiasa meletakkan diri berseberangan dengan Sang Kebenaran Sejati. Lebih jauh, mereka tak mampu berdamai dengan diri mereka sendiri, sulit menerima kelemahan diri dan tidak mengalami perubahan kearah yang lebih baik dan benar. Oleh karena itu, mari sambutlah kebenaran itu, dengan senantiasa tidak memiliki mentalitas menyalahkan, baik oranglain atau pun situasi yang terjadi. Dengan demikian kita akan senantiasa berjumpa dengan Sang Kebenaran Sejati dalam hidup sesehari.[CH] |