Era pascakebenaran adalah periode yang terkait dengan keadaan yang di dalamnya fakta-fakta obyektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding daya penariknya pada emosi dan keyakinan pribadi. Dalam era pascakebenaran, orang Kristen yang membela kebenaran firman Tuhan bisa ditolak pemutarbalik kebenaran. Baginya, kebenaran ditentukan oleh daya penariknya pada emosi dan keyakinan pribadi, bukan oleh firman Tuhan. Pendukung pascakebenaran bisa dikatakan adalah orang “gila.” Murid-murid Yesus akan mengalami penolakan yang bisa berbentuk pembunuhan. Mereka juga akan mengalami penderitaan kalau mereka menyangkal Yesus di depan manusia. Sebagai pengikut Kristus, mereka harus berani menghadapi ancaman ketika mereka memberitakan kebenaran-Nya kepada orang yang belum mengenal-Nya. Pilihan mereka untuk mengikuti-Nya bisa membawa pemisahan antara kebenaran dan anggota keluarganya. Yeremia menghadapi orang-orang, bahkan sahabat-sahabat karibnya, yang menolak menerima firman Allah, cela dan cemooh baginya. Dia mendapat tekanan untuk menyerah dan berhenti menjadi utusan-Nya, penolakan yang mengakibatkannya mengalami tekanan dan keluh-kesah. Selain penolakan, pengikut Kristus akan mengalami penderitaan. Kesaksian Pemazmur (Mazmur 69:7-18) tentang Tuhan mengakibatkan pendengarnya mencela Tuhan dan dia; bahkan saudara-saudara dan anak-anak ibunya menjadi orang asing baginya. Dalam kesesakan, dia berdoa kepada Tuhan supaya dia dilepaskan “dari dalam lumpur” dan “dari air yang dalam” supaya jangan dia tenggelam, dan dari orang-orang yang membencinya. Sekalipun mengalami penolakan dan penderitaan, utusan Tuhan akan mengalami penyertaan-Nya. Yeremia mengalami penolakan dari mereka yang mencemooh firman Allah, namun dia percaya Tuhan menyertainya dan akan membuat mereka yang menekannya tersandung dan tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam hal penderitaannya, para utusan Tuhan pun mengalami penyertaan-Nya.. Terkait penderitaan, para murid Yesus menghadapi pergumulan yang berat. Tapi pergumulannya seberat apa pun tidak akan melebihi pergumulan yang sudah dialami Yesus sendiri. Untuk menghadapi penderitaan di tengah dunia, orang Kristen hendaknya memahami keberhargaan mereka di hadapan Tuhan yang berkuasa atas hidup dan mati. (CA) |