Banyak orang Kristen pada era milenial ini hanya bermodalkan percaya kepada Tuhan dengan janjinya. Kita tidak menyadari harga yang harus dibayar. Malah, kita selalu meminta berkat dan kelimpahan dengan yakin dan iman teguh pasti dikabulkan. Akhirnya kita kecewa kepada Tuhan ketika tidak diberkati. Orang Kristen semacam ini tak pernah mau mengerti, terkadang Tuhan mengizinkan ujian dan penderitaan terjadi di dalam kehidupannya. Ini menunjukkan, percaya kepada Tuhan Yesus bukan berarti diberkati serta bebas dari masalah. Kekristenan tak dapat dipisahkan dari penyangkalan diri dan memikul salib. Apa maksudnya? Penyangkalan diri berarti, harus menyalibkan segala keinginan daging yang kita mau, rela meninggalkan dosa, dan berkomitmen hidup seturut kehendak Tuhan. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.” (Markus 8:34). Menjadi seorang Kristen tidak salah meminta berkat dan kelimpahan, namun dalam kondisi diberkati atau belum diberkati, disembuhkan atau belum disembuhkan, dan dalam kondisi lain sebagainya, harus tetap bersungguh-sungguh dalam mengiring Tuhan. Dengan kata lain, memikul salib berarti harus rela dibenci dan dimusuhi dunia ini karena Yesus. Bahkan dikatakan,”…siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, Ia akan menyelamatkannya.” (Markus 8:35). Jadi, mengikut Kristus membutuhkan komitmen tinggi, tidak boleh setengah-setengah. Makna ayat 34-38 ini ada tiga hal yang harus dibayar dalam mengikut Yesus. Pertama, menyangkal diri, mematikan keinginan daging, dan membenci dunia. Kedua, memikul salib dan menyesuaikan diri dengan kehendak Allah. Lalu ketiga, terus mengikut Yesus. Tuhan Yesus memberkati kita semua. (IH) |