Yesus masuk ke Yerusalem dalam rangka perwujudan karya keselamatan Allah, pendamaian melalui penderitaan dan kematian-Nya. Penduduk kota Yerusalem merespons kedatangan Yesus dengan sambutan meriah dan hormat. Seruan mereka, hosanna yang artinya: “Oh, selamatkanlah sekarang” atau sudilah menyelamatkan kami” menunjukkan harapan penduduk Yerusalem untuk mengalami keselamatan dan bebas dari penjajahan Romawi.

Minggu Prapaskah VI (Minggu Palma) disebut juga “Minggu Sengsara” umat diajak memahami bahwa kisah Yesus masuk ke Yerusalem berkaitan dengan karya penebusan melalui penderitaan dan kematian-Nya. Pada masa itu, umat bersorak-sorai memuji Yesus, namun tidak lama kemudian, mereka yang bersorak ini akan  menuntut kematian-Nya.

Kisah Yesus masuk ke Yerusalem seperti seorang pahlawan yang menang, tapi tak lama lagi Ia akan diperlakukan seperti seorang penjahat. Yesus tidak terpengaruh ketika ia diagung-agungkan dan tidak mengeluh ketika Ia ditolak dan dikhianati.  Belajar dari Yesaya 50:6 dikisahkan penderitaan seorang hamba Tuhan, ”Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.” Di tengah-tengah penderitaan-Nya, hamba Tuhan ini memiliki lidah seorang murid, sehingga mampu memberi semangat baru kepada sesamanya yang letih lesu. Dalam Filipi 2:5-11, Yesus telah mengosongkan diri-Nya  mengambil rupa seorang hamba yang taat, taat sampai mati di kayu salib demi menyelamatkan umat manusia.

           Teladan dari Tuhan Yesus kita dapatkan ketika kita dipuji dan disanjung janganlah kita takabur. Saat kita ditolak, dikhianati, bahkan oleh orang yang kita kasihi, kita tidak boleh putus asa, tetapi kuasailah diri kita, tetap kuat dan beriman teguh kepada Allah. Iman kita diuji ketika kita mengalami penderitaan. Apabila kita kuat dan taat, kita akan mengalami kemenangan iman. (DS).