Friedrich Wilhelm Nietzsche (FWN), anak seorang pendeta Kristen yang juga dikenal dengan julukan "Sang Pembunuh Tuhan" mengkritik kekristenan soal moralitas. Baginya, moral kekristenan tak ubahnya seperti moralitas budak bermental lembek. Hal ini karena moralitas kekristenan mengajarkan ajaran kasih dan pengampunan. Tentu ini tidak bisa diterima dari sisi manusia. FWN mengutarakan, mental budak harus dilawan dengan moralitas tuan, di mana kekuasaan berpusat pada manusia. Tentu, apa yang menjadi pemikiran FWN tentang eksistensi manusia ditentukan oleh kehendak bebas manusia ingin berkuasa, jika ingin hidup survival bergantung pada kekuatan dan kekuasaan. Lalu, bagaimana iman Kristen menjawab bahwa kehidupan ini tak ditentukan oleh kekuatan dan kekuasaan melainkan oleh anugerah Tuhan? Bahwa kedaulatan Allah di atas kehendak manusia, berarti Allah diakui sebagai pemegang kendali, kekuasaan tertinggi sebagaimana dalam Markus 4: 26-34 perumpamaan tentang benih, yang dalam perspektif tipologi benih sangat kecil, ditabur di tanah, dan pada masanya akan tumbuh besar serta berbuah, dipanen dan pohonnya berdampak bagi makhluk hidup di sekitarnya. Dalam kedaulatan Allah, apa yang dianggap kecil bisa diubah menjadi besar. Inilah gambaran diri Tuhan Yesus Kristus yang mati untuk mengorbankan diri-Nya dan bangkit menjadi keselamatan bagi umat-Nya. (jpa) |