Ada banyak motivasi seseorang dalam mengikut Yesus. Motivasi ini sangat dipengaruhi oleh sudut pandang orang tersebut terhadap Yesus. Banyak orang pada zaman Yesus mengikut Yesus hanya karena mengharapkan mukjizat. Murid - murid pun punya keinginan menjadikan Yesus sebagai Tuhan yang harus mampu memenuhi keinginan mereka. Orang Yahudi berharap bahwa Mesias adalah tokoh ‘rajawi” yang akan bertindak sebagai penyelamat dalam arti politis. Namun, Yesaya mewartakan Yesus adalah tokoh penyelamat yang hadir dalam rupa hamba, hamba yang tekun menanggung penderitaan. Pada bagian lain, Yesaya menyebutkan, Yesus seperti anak domba yang digiring ke tempat pembantaian untuk disembelih. Dia harus menerima ketidakadilan dan mengalami penderitaan yang seharusnya tidak ditanggung-Nya. Ketika Yesus berbicara tentang penderitaan-Nya, Petrus dan para murid tidak siap akan hal itu. Mereka menginginkan seorang pemimpin yang akan membebaskan mereka dari kesakitan, bukan seorang yang mengalami kesakitan dan kematian. Petrus menarik dan menegur Yesus. Kemudian Yesus berpaling serta memarahi Petrus, ”Enyahlah iblis’’. Yesus menggunakan kata yang keras untuk menegaskan bahwa menolak kehendak Allah merupakan pekerjaan iblis. Apakah kita juga memiliki pandangan seperti Petrus dan para murid? Marilah kita memandang dan meneladani Sang Mesias yang taat kepada Allah meskipun harus melalui jalan penderitaan. (DS). |