GKI Jatimurni

Renungan [239]

KELUARGA YANG BERPUSAT PADA KITAB SUCI
31/10/2021
Ulangan 6 : 1 - 9
Mazmur 119 : 1 – 8
Ibrani 9 : 11 - 14
Markus 12 : 28 – 34

Martin Luther dikenal sebagai tokoh reformasi gereja. Ia bertekun dan bergumul dalam jangka waktu panjang. Martin Luther mempelajari Kitab Suci sampai menangkap makna dan esensinya sebagai suatu tindakan iman. Ia kecewa dan sedih dengan berbagai hal di gereja seperti korupsi, perbuatan amoral di antara para imam, dan yang paling mengusik hatinya, penjualan Surat Pengampunan Dosa oleh kekaisaran Roma Suci, demi mendapat dana pembangunan Basilika Santo Petrus di Roma. Martin Luther menulis surat protes tentang hal itu. Dengan kembali berpusat ke Kitab Suci, Martin Luther memperoleh pencerahan tentang keselamatan.

Hal sama terjadi pada masa Tuhan Yesus, bagaimana Ia mengkritisi ahli Taurat dan orang farisi dalam memberlakukan Kitab Suci. Mereka menerima segala hal yang tertulis di dalamnya sebagai kebenaran abadi yang tidak dapat dikutak-katik. Bahkan, memberlakukan hukum Taurat sebagai tuhan. Yesus menentang hal tersebut dengan cara yang sangat berani, sekaligus berhati-hati. Dia tahu, setiap ucapan-Nya akan dijadikan alat bagi mereka untuk menjerat Dia.

Setiap kali Yesus menjawab setiap pertanyaan mereka, Ia selalu menggumuli makna dan esensi hukum Taurat itu sendiri. Umumnya orang hanya melihat Alkitab sebagai sebuah buku yang berisi banyak cerita. Termasuk buku yang berisi perintah atau hukum yang harus ditaati. Artinya, membaca Alkitab menjadi rutinitas belaka. Dari semua cerita yang termuat di dalamnya, kita diajar untuk bisa melihat dan percaya bagaimana Allah bekerja dalam kehidupan orang percaya. Selain itu, bagaimana ketaatan membuahkan keselamatan, dan bagaimana Yesus menyempurnakan hukum itu dengan menyerahkan diri-Nya di kayu salib, sehingga kasih yang Tuhan ajarkan itu menjadi dasar iman bagi kita orang percaya. Setiap masa memiliki kisah sendiri dalam melihat dan memaknai Kitab Suci.

Dalam kehidupan kita saat ini, bagaimana seharusnya kita bersikap? Ya, Allah ingin kita kembali kepada Alkitab, karena hal itu dasar kehidupan iman. Segala sesuatu yang kita butuhkan ada di dalamnya. Seperti tertulis dalam Ulangan 6:7, “Haruslah engkau mengajarkannya berulang ulang kepada anakanakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Ayat ini bukan hanya berbicara mengenai pengajaran tentang Firman Tuhan, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan penuh kesabaran, kita harus bersedia mengulanginya untuk keluarga, saudara, bahkan kepada orang lain. Selamat menikmati buah reformasi gereja, sehingga saat ini kita merdeka untuk kembali berpusat kepada-Nya (HRM)

HRM
Sonny W Adi
30/10/2021 11.42.25