Nabi Zefanya bernubuat pada masa pemerintahan Raja Yosia Bin Amos di Yehuda (Zef 1:1), di tengah kehidupan umat Israel yang mengalami kerusakan moral, di antaranya menyembah dewa-dewa lain, khususnya dewa Baal yang telah berkembang di Yerusalem. Keadaan itu menggambarkan tiadanya sukacita sejati dalam kehidupan umat Israel, selain sukacita duniawi yang semu dan sementara.

Oleh karena itu, Zefanya menyampaikan berita tentang kedatangan hari Tuhan yang hebat dengan penghukuman atas mereka yang berdosa kepada Tuhan. Ia menyerukan pertobatan kepada Yehuda untuk kembali kepada hukum Tuhan, mencari keadilan, kerendahan hati, dan berharap kepada Tuhan pada hari kemurkaan-Nya. Di bawah pemerintahan Raja Yosia, Yehuda diarahkan agar kembali kepada Tuhan.

Umat yang menyerahkan hidupnya kembali sesuai kehendak Tuhan, akan bersukacita dalam Tuhan. Kata bersukacita atau chairo, memiliki pengertian bukan sukacita yang sifatnya sementara karena situasi menyenangkan atau dalam kondisi sukses. Sukacita didapat bukan dari luar, tetapi dari dalam hati yang bersumber dari Tuhan. Tuhan adalah sumber sukacita sejati yang tidak dipengaruhi kondisi luar dan tidak dapat dirampas siapapun. Dalam Ayat 14 dituliskan: Bersorak-sorailah hai puteri Sion, bertempik soraklah hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati hai puteri Yerusalem!

Bagaimana cara kita sebagai umat Tuhan mendapatkan sukacita? Pertama, mengambil langkah pertobatan dan menaati Firman Tuhan dengan setia. Kedua, miliki relasi pribadi yang intim dengan Tuhan dalam situasi bagaimanapun sambil menantikan kedatangan Nya. Ketiga, serahkan seluruh pergumulan hidup kita melalui doa dan yakin ada kekuatan yang Allah berikan mengalir melalui hidup yang membuat kita bersukacita.

Marilah kita menyadari, sukacita sejati bersumber dari Allah. Allah bukan hanya dapat memberi keselamatan, tetapi Dia juga berkuasa menolong kita dalam segala situasi. (EK)