Kitab 1 Samuel 2:18-20, 26 mengangkat kisah peran aktif seorang ibu. Ia bernazar, apabila dikaruniai seorang anak, maka ia akan memberikan anaknya itu kepada Tuhan sebagai pelayan-Nya. Hana, adalah istri Elkana yang kurang beruntung. Ketika madunya dikaruniai beberapa orang anak, ia justru tidak memiliki satupun. Keadaan itu membuatnya sering mendapat penghinaan dari madunya. Ia begitu menderita. Bacaan kita memperlihatkan, setelah Tuhan mengabulkan doa Hana, Samuel kecil kemudian menjadi pelayan Tuhan. Dalam Mazmur 148, Daud mengangkat pujian kepada Tuhan pencipta langit dan bumi karena Tuhan telah meninggikan tanduk umatNya. Artinya, Tuhan memberi keselamatan bagi orang-orang yang Ia kasihi. Daud begitu menyukurinya. Kolose 3:12-17 memberikan daftar kebajikan yang perlu dipraktikkan umat Tuhan. Semua itu sebagai buah pengenalan diri orangorang yang telah dipanggil sebagai satu tubuh, yaitu tubuh Kristus. Pengenalan itulah yang mendorong jemaat Kolose, di dalam perbedaan, harus bisa saling berbelas kasih, memiliki kemurahan hati, kerendahan hati, kelemahlembutan, serta kesabaran. Penulis kitab ini hendak mengajarkan agar di tengah kehidupan yang rapuh di masa itu, orang Kristen harus memiliki kebajikan-kebajikan Kristus yang berbeda dengan yang dipraktikan orang-orang di sekitarnya. Penginjil Lukas dalam kitab Lukas 2:41-52 menulis surat kepada Teofilus. Lukas berusaha menyajikan kisah tentang Yesus secara manusiawi. Makanya, setelah peristiwa Natal, Lukas memberi semacam penghubung kisah sebelum Yesus memulai karya-Nya, yakni ketika Yesus bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya. Tampaknya, apa yang dimulai oleh orangtua-Nya, terutama oleh Sang Ibu, Maria, kemudian dikembangkan sendiri oleh Yesus, membuat Ia semakin besar dan bertambah hikmat. Yesus semakin dikasihi oleh Allah dan manusia. Dari sini kita bisa melihat pentingnya peran orangtua dalam memperkenalkan Tuhan sebagai sebuah warisan berharga dalam menghadapi dunia yang rapuh. [DSS] |