Cara Cepat Memikat Hati Oranglain, demikian judul sebuah buku. Dari judul buku ini tersirat bahwa sejatinya banyak orang menginginkan penerimaan. Tidak seorang pun ingin diperhadapkan pada penolakan. Setiap orang berusaha menjadikan hidup bagai sebuah kompetisi,pertaruhan, persaingan dan perjuangan untuk dimenangkan. Orang berusaha untuk menguasai medan, memegang kendali dan mempengaruhi orang lain dalam setiap hubungan sosial dengan oranglain. Oleh karena itu, dialah orang yang disebut pemenang—yang bisa mempengaruhi oranglain untuk memanfaatkan peluang dan kesempatan yang ada. Lalu bagaimana dengan penolakan? Jikalau melihat realitas kehidupan, penolakan adalah salah satu fakta yang mau atau tidak mau, siap atau tidak siap mungkin (harus) dihadapi. Namun, terkadang ketidaksiapan seseorang memunculkan beragam cara dalam meresponi penolakan. Ragam cara itu terwujud dalam kemarahan, sakit hati bahkan melakukan tindak kekerasan. Tidak demikian dengan Yesus! Dalam Injil menurut Lukas, Yesus pun mengalami penolakan tetapi IA tidak meresponi dengan cara yang reaktif. Yesus menghadapi penolakan itu dalam ketenangan. Diceriterakan, IA berjalan di tengah-tengah orang banyak yang ingin melemparkan dari tebing. Bacaan kedua pada minggu ini, dalam surat Paulus kepada jemaat di Korintus dapat menjadi pengingat setiap orang percaya untuk menerapkan kasih . Kasih menjadi ‘alat’ untuk menghadapi penolakan karena di dalam kasih ada kesabaran, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Dengan demikian, dalam situasi penolakan setiap orang dapat belajar menjadi pribadi yang lebih baik dengan menerapkan kasih. Selamat memikat hati Tuhan dalam getirnya penolakan.[CH] |