GKI Jatimurni

Renungan [265]

EVERLASTING LIFE
08/05/2022
Kisah Para Rasul 9 : 36 - 43
Mazmur 23
Wahyu 7 : 9 - 17
Yohanes 10 : 22 – 30

Hidup abadi dapat dimaknai sebagai suatu hidup yang kekal, tidak mengalami “kematian”. Sangat berbeda dengan gambaran manusia di dunia ini, bahwa suatu saat hidup yang dimiliki pasti berakhir pada kematian. Namun, sejak zaman purba hingga zaman ini, manusia terus berusaha agar dapat hidup abadi melalui berbagai cara dan upaya, antara lain: penggunaan ramuan alam, vitamin, obat, bioteknologi mencegah penuaan, dan mengharapkan usia lanjut serta dapat menghindari kematian. 

Untuk membantu pemahaman kita mengenai hidup abadi, kita belajar dari bagaimana awal penciptaan manusia. Manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka (Kejadian 1:27). Keadaan ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah mempunyai rancangan awal untuk mencipta dan memelihara hidup manusia. Termasuk mengaruniakan hidup abadi bagi manusia, sejak awal di Taman Eden. Namun, karena manusia jatuh ke dalam dosa, maka hidup abadi manusia tersebut terputus hubungan dengan Allah. 

Dalam perkembangan kehidupan manusia, rencana keselamatan dari Allah yang juga bersifat abadi, tidak bisa dihalangi oleh dosa. Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus sebagai Juruslamat yang menebus dosa manusia, sehingga melalui kematianNya di kayu Salib, dan kebangkitannya pada hari raya Paskah, maka hidup abadi kembali dapat dimiliki umat  manusia yang menerima dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Putra Allah dan Juru selamatnya. Bagaimana kita dengan bijaksana memahami makna hidup abadi saat ini? Makna hidup abadi dalam kenyataan tidak senantiasa bersifat supernatural, mujizat, dan spektakuler. Sebaliknya, umat percaya bahwa hidup abadi bersumber pada sikap iman kepada Kristus, sebab Ia adalah Sang Firman yang sehakekat dengan Allah (Yohanes 10:30). Keesaan dengan Allah yang menyebabkan Yesus berkuasa atas maut. Kebangkitan-Nya menegaskan bahwa Yesus adalah pribadi Ilahi yang sehakekat dengan Allah yang kekal, sehingga berkuasa mengaruniakan kehidupan abadi.

Yesus berkata “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10b).  Oleh karena Yesus telah mengaruniakan hidup dalam kelimpahan, termasuk hidup abadi kepada kita umat-Nya, maka dalam kehidupan saat ini, hidup abadi dapat juga dialami dalam semua aktivitas. Baik itu di rumah, lingkungan tempat tinggal, lingkungan pekerjaan, dan gereja pada setiap waktu. Selalu sedia memberikan upaya bermanfaat yang dipenuhi kasih-Nya bagi sesama manusia. Sebab, apa artinya seorang memiliki hidup abadi, tetapi tidak mengalami hidup yang bermanfaat dalam Kristus? Sebaliknya, hidup yang bermanfaat adalah hidup yang penuh kasih walaupun mengalami penderitaan karena menyatakan iman dan kebenaran. Jaminan hidup abadi dalam Yesus Kristus juga berlaku bagi orang yang mengalami penganiayaan atau kematian sebagai martir.

Untuk dapat memiliki hidup abadi, maka umat dipanggil untuk senantiasa mendengar kehendak Tuhan dan setia mengikuti panggilan-Nya. Tuhan Yesus berkata: Domba-dombaKu mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu (Yoh 10:27-28).

Bagaimana respons kita terhadap panggilan Tuhan? Apakah kita mengalami hidup abadi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu hidup yang bermanfaat dan penuh kasih sehingga tetap mampu mengalami sukacita sekalipun di tengah banyak masalah, sakit, dan pergumulan? (EK)

EK
Sonny W Adi
06/05/2022 19.25.35