Sebagai umat Kristen yang memiliki iman ketegasan mengakui bahwa Allah adalah esa dalam persekutuan kasih yang sehakikat dalam Bapa-Anak-Roh Kudus. Dalam pengenalan akan Allah, kita sering kali mengenal Allah adalah Allah yang esa. Sedangkan, Allah yang esa tidak identik dengan Allah yang tunggal (eka). Esa tidak sama dengan eka. (Dalam Bahasa Ibrani, esa dikenal dengan: ekhad) yang menunjuk kepada kesatuan secara rasional. Sebaliknya, “eka” (yaitu : yakhid) yang menunjuk pada makna satu secara bilangan. Kristus selaku Sang Anak Allah memiliki kemuliaan dan keilahian sejak kekal bersama Bapa dan Roh Kudus. Dalam doa-Nya Yesus berkata “oleh karena itu, ya Bapa, dipermuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada” (Yoh. 17:5). Dalam Amsal 8:22 dikatakan, bila Sang Hikmat Allah diidentikkan dengan Kristus, maka Kristus adalah ciptaan Allah yang pertama sebelum Allah menciptakan segala sesuatu. Dengan penafsiran Kristus sebagai ciptaan Allah yang pertama, maka Arius yang penganutnya disebut dengan Arianisme menyatakan bahwa Kristus tidak sehakikat dengan Allah, tetapi Ia berada di bawah Allah. Konsekuensi logisnya Kristus bukanlah Tuhan. Benarkah dari Amsal 8:22 menempatkan Kristus selaku Sang Hikmat sebagai ciptaan sehingga Ia tidak setara atau sehakikat dengan Allah? Kita dapat melihat 3 hal yang perlu diperjelas agar dapat memahami makna dan tujuan kesaksian Amsal 8, yaitu : - Dalam Amsal 8:1 menyatakan : “Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya?” Kalimat “hikmat berseru-seru” merupakan suatu ungkapan yang sifatnya mempersonifikasikan sehingga “hikmat” dianggap sebagai pribadi seseorang. Dengan demikian makna kata “hikmat” dalam Amsal 8:22 bukanlah untuk menunjuk sosok pribadi dalam arti yang sesungguhnya.
- Kitab Amsal pasal 8 merupakan “encomium” yaitu suatu eulogi yang dipersembahkan untuk mengungkapkan pujian dalam bentuk ucapan atau tulisan kepada seseorang dengan sikap hormat/takzim. Di Amsal 31:10-31 kita menjumpai encomium dalam bentuk pujian terhadap istri yang bijaksana.
- Kata “hikmat” dalam Amsal 8:22 memakai kata chokmah dengan bentuk feminim, sehingga tidak dapat dipakai untuk menunjuk kepada diri Yesus yang kemanusiaan-Nya memiliki bentuk maskulin. Dalam bentuk praktis eti-moral, makna takut akan Tuhan: “Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat” (Ams. 8:13).
Melalui interaksi dan karya penebusan-Nya Kristus menjembatani relasi Allah dan manusia. Realita penyelamatan ini akan terwujud apabila Kristus sekaligus Allah dan manusia. Karya penebusan Kristus juga merupakan karya pengudusan Allah. Melalui karya penebusan Kristus, manusia dibenarkan oleh Allah melalui wafat dan kebangkitan-Nya. Roma 5:1 “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Makna hidup takut akan Allah hanya dapat terwujud apabila umat mengalami karya penyelamatan Allah di dalam penebusan Kristus dan pengudusan Roh Kudus-Nya. Tanpa sikap percaya dan menerima karya penyelamatan Allah di dalam penebusan Kristus dan pengudusan Roh Kudus, umat akan berada dalam posisi sebagai musuhmusuh Allah. Respons umat terhadap menifestasi kasih Allah adalah menyatakan tanggapan imannya secara positif yaitu melalui partisipasi kasih secara praktis. Yaitu: reflektif dan aksi melalui perenungan dan melahirkan suatu Tindakan. Marilah kita menghayati keesaan Allah Trinitas yang dinyatakan sikap hati yang terbuka dengan perbedaan dan keberagaman. Namun, tidak kehilangan identitas diri sebagai umat percaya dan mau melibatkan diri dalam persekutuan dan karya keselamatan Allah secara reflektif.Termasuk tindakan konkret yang lahir dari anugerah keselamatan Allah yang dinyatakan dalam penebusan Kristus dan pencurahan Roh Kudus. [HN] |