Seperti kita ketahui bersama bahwa saat ini kita telah masuk di era digital, yang mana seluruh kegiatan bisa dilakukan dengan cara sangat mudah dan canggih. Perkembangan era digital terus berjalan cepat dan tidak bisa dihentikan oleh manusia. Kenapa? Karena sebenarnya kita sendirilah yang menuntut dan meminta berbagai hal menjadi lebih efisien dan lebih praktis. Tentunya, hal ini juga akan diiringi dampak negatif maupun positif. Bagaimana kita harus menyikapinya hal tersebut di dalam tugas pelayanan kita? Tentunya kita harus terus belajar dan berhikmat. Di dalam Injil Lukas 10:40, tertulis “Sedang Marta sibuk sekali melayani, ia mendekati Yesus dan berkata: Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Marta protes dan mengadu kepada Tuhan, perihal saudaranya Maria yang duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya (Lukas 10:40). Apabila kita bandingkan dengan yang tertulis di Kejadian 18 : 2-5 “Ketika ia mengangkat mukanya, ia melihat tiga orang berdiri di depannya. Sesudah dilihatnya mereka, ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah, serta berkata: Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini. Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini, biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali…. Dari bacaan tadi kita belajar MENDENGAR-NYA SEBELUM MELAYANI-NYA seperti yang dilakukan Maria dan Abraham, supaya pelayanan kita diperkenankan dan sesuai kehendak Tuhan. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia (Kolose 1:19) dan siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya (Mazmur 15:5). Terkadang, dengan kecanggihan teknologi saat ini, kita sering bertindak seperti Marta. Sibuk bekerja dan terus bekerja, seperti robot. Kadang kita kurang mendengarkan Tuhan melalui orang-orang di sekitar kita. Kita sering merasa paling benar, paling pintar, paling rajin, bahkan merasa pelayanan kita paling berkenan di hadapan Tuhan. Padahal, dari semua itu, keinginan dan kemauan kita sendirilah yang kita layani. Kita sering minta didengar pendapat kita, namun sedikit mau mendengarkan orang lain. Siapkah kita untuk lebih lagi mendengar-Nya sebelum melayani-Nya? Tuhan pimpin dan memampukan kita. (HR) |