GKI Jatimurni

Renungan [281]

TERUS BELAJAR BERJALAN BERSAMA SEBAGAI GEREJA
28/08/2022
Amsal 25 : 6 - 7
Mazmur 112
Ibrani 13 : 1 – 8, 15 - 16
Lukas 14 : 1, 7 - 14

Kerendahan hati, menjadi bagian yang melekat bagi setiap orang beriman. Yesus mengajarkan identitas kerendahan hati untuk mencari dan menemukan kehormatan yang dicari itu (Lukas 14:10; Ams 24:7). Kerendahan hati, berbeda dengan rendah diri. Namun, seberapa pentingnya kerendahan hati sebagai kebajikan iman gereja di hadapan Allah? Bagi Yesus, kerendahan hati menekankan pemahaman iman dan kesalehan hidup yang tinggi. Mampukah kita sebagai orang beriman tetap menyediakan ruang pada yang lebih besar dan kehendak Allah sendiri? Mampukah kita menyatakan kesungguhan iman kepada Allah dengan ke-aku-an kita? Bagi Yesus, beriman kepada Allah adalah sebuah wujud penyangkalan diri dan harus ada ruang bagi Allah dan misteri kehendakNya. Hal ini diperlihatkan oleh Yesus dalam perumpamaan yang sedang Ia ceritakan dalam Lukas 14:7-11. Di sini kita dapat melihat pesan yang sejalan untuk menempatkan kerendahan hati sebagai lawan keangkuhan dan ke-aku-an yang justru dapat memalukan di dalam Amsal 25:6-7. Kita sebagai orang beriman diajak untuk bersedia terbuka pada ruang misteri Allah ketika kita justru tidak disibukkan pada bagaimana menempatkan aku sebagai yang utama.

Dalam situasi pandemi saat ini, banyak sekali orang yang membutuhkan pertolongan. Untuk itu, secara sederhana kita sebagai orang beriman dapat memahami bahwa pelayanan yang diharapkan oleh Yesus adalah pada orang-orang yang merintih, lemah, miskin, lumpuh dan buta (Lukas14:13). Sebagai orang beriman, kita diajak untuk memahami berkat Tuhan justru ketika kita bersedia untuk membagikan berkat kepada mereka yang membutuhkan dan tidak berharap pada apa yang akan kita dapatkan kembali. Perjumpaan orang beriman dengan sang ilahi, justru dengan adanya kebaikan yang diupayakan untuk terjadi di tengah berbagai kebutuhan dan pengalaman, bukan melalui berapa berkat yang kita terima dan kebaikan yang kita terima, melainkan justru pada etis untuk menghadirkan berkat dan kebaikan yang kita bagikan sebagai wujud pelayanan pada kehidupan di sekitar kita.

Dalam kehidupan sehari – hari yang konkret bersama dengan orang lain adalah pengalaman iman yang nyata yang menunjukkan bagaimana orang beriman harus membangun hubungan dengan Allah. Dalam Ibrani 13:15-16 gereja yang telah mendapatkan penebusan dosa dari pengorbanan Yesus Kristus dapat mengekspresikan imannya kepada Allah melalui korban syukur kepada Allah. Tetapi ekspresi iman dan kerendahan hati, bukan hanya sebuah ritual bagi dirinya sendiri saja, tetapi juga sebuah pelayanan dalam kehidupan dan relasi sehari – hari dengan kehidupan. Dengan kata lain, seluruh ciptaan Allah adalah bagian dari kehidupan bersama yang kudus/sakral, dan gereja sendiri adalah komunitas iman yang hidup dan berada di tengah dunia itu. Untuk itu, orang beriman perlu menyadari tanggungjawab yang harus ia wujudkan dalam kesehariannya.

Relasi dan cinta kasih harus menjadi nilai kebajikan yang mewarnai komunitas iman yang dibangun oleh gereja, agar kita sebagai gereja dan orang beriman dapat mewujudkan sikap dan Tindakan yang konkret ditengah kerintihan dan solidaritas kemanusiaan. Untuk itu kita sebagai gereja dan orang beriman, yang memiliki kerendahan hati yang melekat dalam kehidupan kita, mari kita berjalan Bersama sebagai gereja yang menghidupkan kerendahan hati kita seturut kehendak Allah bukan untuk diri kita sendiri, melainkan orang yang lemah dan membutuhkan pertolongan. [HN]

HN
05/09/2022 05.39.24