Susah senang, gagal sukses, jatuh bangun silih ganti merupakan warna warni kehidupan setiap manusia sejak dilahirkan sampai berujung pada panggilanNYA di penghujung usia. Sesungguhnya sebagai orang percaya kita tidak perlu khawatir dalam menjalani kehidupan demikian. Tertulis dalam Mazmur 121 : 2 “Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi” dan Mazmur 121 : 8 “Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya”. Seperti hal-nya keyakinan iman Pemazmur diatas, bukankah hal tersebut juga sudah menjadi jaminan bagi kita semua? karena itu dalam berbagai persoalan kehidupan, utamanya dibutuhkan keberanian dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan, termasuk keberanian mengakui kesalahan guna memperbaiki hubungan yang mungkin sudah retak bahkan rusak akibat ulah kita sendiri. Tergambar jelas dalam Kejadian 32 : 22-31, Yakub yang dipenuhi rasa bersalah dan ketakutan untuk menjumpai kakaknya Esau, membutuhkan campur tangan dan kepastian bahwa Allah menyertai, menolong dan memberkati dia pada saat pertemuan reuni mereka. Pergulatan mati-matian Yakub dengan Allah di sungai Yabok sampai fajar menyingsing merupakan keinginan kuatnya untuk memperoleh berkat yang dijanjikan …. dan Allah mengizinkannya menang, tetapi pangkal pahanya diciderai sebagai peringatan. Yakub tidak boleh hidup dalam kekuatannya sendiri lagi, tetapi harus bersandar sepenuhnya pada Allah. Ujungnya terjadilah perjumpaan rekonsiliasi damai kakak adik yang dipenuhi kerinduan dan cinta kasih. Berkat Allah adalah sumber pemulihan !! Injil Lukas 18 : 1-8 menggunakan perumpamaan cara merespon dari seorang hakim yang lalim dan Allah sendiri, perbandingan yang tidak seimbang tentunya. Kita meyakini dan percaya Allah adalah Hakim yang adil dalam keputusanNYA. Hakim lalim yang tidak takut Allah itu akhirnya memberi respon bagi janda tersebut bukan karena sungguh niat ingin menolong, tapi karena selalu merasa terusik dan terganggu oleh ketekunan serta kegigihan janda tersebut mencari keadilan. Sikap tekun dan gigih, khususnya dalam berdo’a inilah yang diajarkan Tuhan Yesus pada para murid dan tentunya pada kita sekalian. Berdo’a bukan untuk memaksa Allah melakukan apa yang kita kehendaki, tapi kita yakin dan percaya apapun keputusanNYA adalah keputusan yang mendatangkan kebaikan pada waktu yang ditetapkanNYA. Allah selalu hadir dalam kehidupan kita, sekalipun kita berada dalam titik nadir (terendah) dalam kehidupan kita. Hendaklah juga kita memegang ayat yang tertulis dalam 2 Tim 3:15 “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus”. Selamat berjuang tetap setia menggumuli hidup ini bersama Allah saudara-saudaraku !! (LCS) |