GKI Jatimurni

Renungan [303]

DIUNDANG UNTUK BERBAHAGIA
29/01/2023
Mikha 6 : 1 – 8
Mazmur 15
1 Korintus 1 : 18 – 31
Matius 5 : 1 - 12

Pernahkah kita menerima sebuah undangan? Undangan dari keluarga, sahabat, rekan kerja atau orang yang kita kenal, untuk merayakan momen kebahagiaan, pernikahan, ulang tahun, kelulusan dan perayaan kebahagiaan lainnya. Pasti kita akan turut merasakan kebahagiaan dan kegembiraan orang yang mengundang. Lalu Bagaimana jika kita menerima undangan kebahagiaan dari Allah? Apa reaksi kita? Apakah kebahagiaan versi manusia dan Allah sama rasanya?

Nabi Mikha menggambarkan bagaimana bangsa Israel menyambut undangan kebahagiaan dari Tuhan. Undangan kebaikan yang pasti mendatangkan kebahagiaan bagi bangsa Israel malah disambut dengan sikap yang mengecewakan sang pengundang yaitu Allah sendiri. Alih-alih mengucap syukur dan berbahagia atas undangan yang diberikan, mereka bersungut-sungut dan melakukan hal yang mendukakan Allah. Bahkan alam semesta pun ikut mencatat pengaduan Tuhan atas kelakuan bangsa Israel (Mikha 6:1-2). Tidak sekali dua kali bangsa Israel mengecawakan Allah atas undangan kebaikan yang telah Ia rancangkan bagi bangsa itu.

Ya sikap bangsa Israel menggambarkan bagaimana manusia menyambut undangan kebahagiaan dari Allah karena bahagia versi manusia sangat jauh berbeda dengan versi Tuhan. Kebahagiaan versi manusia adalah hidup enak, serba mudah dan memiliki kekayaan yang berlimpah, sementara Injil Matius mencatat kebahagiaan versi Allah: Miskin, Berdukacita, Kelaparan, Teraniaya dan Dicela adalah sumber kebahagiaan menurut Alkitab (Matius 5: 3, 6, 10 & 11). Bagaimana mungkin hal yang menyakitkan bisa menjadi sumber kebahagiaan?

Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus menyatakan pertentangan antara manusia dengan Allah. Hikmat dunia menjadi kebodohan di hadapan Allah (1 Kor 1: 20), sebaliknya yang bodoh di mata manusia mempunyai hikmat yang besar di mata Tuhan, dan yang lemah di hadapan manusia memiliki kekuatan yang lebih besar di hadapan Allah (1 Kor 1: 27) dan yang hina bagi dunia dipilih Allah (1 Kor 1: 28). Karena itulah dunia tidak akan bisa menjadi sama dengan Allah. Kebahagiaan yang Tuhan tawarkan kepada kita tidak akan sama rasanya seperti yang ditawarkan dunia. Kesusahan dan penderitaan yang dialami manusia di dunia akan mendatangkan kebahagiaan yang luar biasa ketika kita menggantungkan kehidupan bersama-sama dengan Tuhan. Kebahagiaan versi Allah tetap bisa kita rasakan ketika Kristus hidup dan berkuasa atas diri Manusia. Salib yang merupakan kebodohan bagi manusia yang akan binasa tetapi akan menjadi sumber kebahagiaan bagi kita yang diselamatkan (1 Kor 1: 18). Mari sambut Undangan Kebahagiaan dari Allah yang telah mempersiapkan dan memilih kita untuk bersama-sama merayakan hidup yang sesungguhnya. Tuhan mengundang kita. (HR)

HR
29/01/2023 19.06.01