Sebagai manusia kita akan sakit hati apabila orang yang kita kasihi disakiti orang lain. Begitu juga dengan Maria. Ia begitu sedih melihat Guru dan Tuhannya harus disakiti dengan begitu luar biasa, tanpa bisa menolong. Bahkan, peristiwa itu terjadi di depan matanya.

Maka tidak heran jika Maria yang pertama datang ke kubur Yesus dengan membawa kesedihan yang masih ia rasakan. Sesampainya di sana justru Maria mendapatkan hal yang lebih menyakitkan lagi, ia melihat kubur telah kosong dan berpikir bahwa mayat Yesus dicuri. Saat Maria dan semua murid sedih dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, Tuhan tidak meninggalkan orang-orang pilihan-Nya. Tuhan  datang kepada  kepada Maria  dan juga murid-murid-Nya dengan membawa sukacita  yang dapat mereka rasakan.

Begitu juga kita di tengah pergulatan kehidupan ini. Kita harus yakin bahwa Tuhan sendiri yang akan hadir, menolong  dan memberi sukacita sebagai representasi kedamaian dari Allah.

Sebagai umat pilihan, hidup kita akan terus dibarui, mampu memaknai duka cita dengan benar dan hati kita senantiasa diliputi sukacita. Hal ini tentu akan mendorong kita ingin selalu menceritakan  tentang semua kebaikan Tuhan yang kita alami kepada setiap orang. Seperti Maria yang terdorong untuk menceritakan berulang-ulang tentang kebangkitan Tuhan.

Sepatutnyalah kita harus memiliki rasa malu untuk berbuat tidak baik saat kita tergoda untuk melakukan hal yang jahat di mata Tuhan. Ingatlah betapa menderitanya Tuhan saat di kayu salib dan janganlah kita sia-siakan pengorbanan-Nya. Berbuatlah baik sesuai ajaran-Nya dan jadilah pembawa damai di manapun kita berada. Tuhan menolong kita. Amin. [LP]