GKI Jatimurni

Renungan [323]

BERSAKSI DI TENGAH PENDERITAAN
25/06/2023
Yeremia 20 : 7 - 13
Mazmur 69 : 8 - 19
Roma 6 : 1 - 11
Matius 10 : 24 - 39

Hidup manusia senantiasa diwarnai jatuh bangun, gagal sukses, susah senang silih berganti. Bahkan, mungkin sebagian besar kita mengalami perjuangan dan penderitaan yang tidak ringan di sepanjang usianya. Itulah realita kehidupan manusia. Lalu, bagaimanakah seharusnya kita menjalani dan menyikapi ritme kehidupan tersebut? Apakah membiarkan saja kehidupan ini berjalan seperti apa adanya dengan tidak berbuat apa-apa? Tidaklah demikian saudara-saudaraku. Kita tetap diminta menjalani kehidupan, mengisinya dengan bersaksi sebagai wujud pengutusan yang Tuhan kehendaki sekalipun di tengah penderitaan yang sedang kita alami. Dalam Matius 10:24, Tuhan Yesus berkata kepada para murid-Nya: “Seorang murid tidak diterima lebih baik dari gurunya, atau hamba daripada tuannya”. Dengan perkataan lain, Tuhan Yesus telah mengingatkan bahwa akan ada tantangan dan penolakan, bahkan penderitaan yang akan mereka alami.

Namun, Tuhan Yesus yang sangat mengetahui akan kelemahan semua murid-Nya, juga memberi pesan pada mereka agar tidak menjadi takut. Kata “Jangan takut” disebutkan tiga kali (pada ayat 26,28 dan 31). Pengulangan ini memberi penegasan agar para murid tidak takut menghadapi para musuh. Sama seperti kita yang saat ini hidup, pesan Tuhan Yesus tersebut sangat relevan sepanjang waktu guna menguatkan kita untuk tetap tidak takut menjalani tugas pengutusan/kesaksian kita sebagai murid Yesus masa kini yang setia. Pemberitaan firman dalam kitab Matius di atas, memberi jaminan dan kepastian akan:

  1. Kedatangan kerajaan Allah (Ayat 26-27)
  2. Pemeliharaan Allah atas murid-murid (Ayat 28-30)
  3. Penghakiman terakhir di hadapan Allah (Ayat 31-33)

Penderitaan, bahkan kesengsaraan juga telah terlebih dahulu dialami para nabi, murid-murid Yesus, jemaat mula-mula. Penderitaan menjadi hal yang tidak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Daud dalam Mazmur 69:19-20 memohon kekuatan dan pertolongan dari Allah dalam kesesakannya. Ia berkata : “Datanglah kepadaku, tebuslah aku, bebaskanlah aku oleh karena musuhmusuhku. Engkau mengenal celaku, maluku dan nodaku, semua lemahku ada di hadapan-Mu”. Sementara Yeremia sebagai seorang nabi bahkan sempat berpikir untuk berhenti menyampaikan firman, karena tidak sanggup menahan olokan, ejekan, dan cemoohan orang. Tapi dengarlah kemudian pernyataan kesaksiannya mengenai panggilan Tuhan: ”Tetapi apabila aku berfikir: “Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya,” maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup”. (Yeremia 20:9) Oleh karena itu janganlah kita menjauhi ataupun menolak, panggilan utama kita adalah menjadi saksi yang hidup, menyatakan kebaikan Tuhan lewat perkataan dan perbuatan kita. Percayalah kasih dan penyertaan Tuhan senantiasa hadir di waktu yang tepat untuk menguatkan dan menuntun langkah kita. Amin (LCS).

LCS
26/06/2023 09.47.00