Dewasa ini lumrah bagi kita menemukan banyak bantuan dari internet. Saat kita mencari sumber informasi, kita bertanya ke Google. Saat ingin menuliskan sesuatu hal, kita meminta bantuan Chat GPT. Sepertinya, komputer atau internet mampu memahami pola pikir manusia karena mereka mampu mengutarakan pikiran layaknya manusia. Lalu, bagaimana kalau manusia berusaha memahami pola pikir Allah? Apakah manusia mampu? Dalam Matius 16:21-28, selangkah demi selangkah Yesus mengajak manusia untuk mempelajari pola pikir Allah. Pertama, Yesus mengajak manusia untuk menerima rencana Allah yang lebih besar (Matius 16:21-23). Yesus mulai memperkenalkan rencana-Nya yang melibatkan penderitaan dan kematian-Nya kepada para murid-Nya. Namun, Petrus dengan pola pikir manusiawi ingin mencegahnya. Namun, Yesus menegaskan bahwa rencana-Nya adalah bagian dari kehendak Allah yang lebih besar untuk keselamatan umat manusia. Pola pikir Allah mengajarkan kita untuk merangkul rencana-Nya, meskipun mungkin sulit atau tidak dapat dimengerti oleh akal manusia. Kedua, manusia diajak untuk mengambil salib dan menyangkal diri (Matius 16:24-26). Yesus melanjutkan dengan mengajarkan kepada para murid bahwa siapa pun yang ingin mengikutinya harus mengambil salib mereka sendiri. Ini adalah panggilan untuk menyangkal diri kita, mengutamakan kehendak Allah daripada keinginan duniawi. Pola pikir Allah mengajarkan kita, hidup yang sejati ditemukan dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya, bukan dengan mengejar kenikmatan sesaat. Ketiga, Yesus menunjukkan nilai kehidupan yang sejati (Matius 16:27). Yesus mengajarkan bahwa pada akhirnya, setiap orang akan dihakimi sesuai perbuatan-perbuatannya. Pola pikir Allah mengingatkan kita bahwa hidup ini bukanlah akhir dari segalanya. Investasi terbesar kita seharusnya bukan hanya dalam pencapaian materi, tetapi dalam pelayanan dan cinta kepada sesama. Allah melihat hati kita dan tindakan kita, dan itulah yang benar-benar bernilai di hadapan-Nya. Terakhir, Yesus mengajak manusia untuk menjadi saksi Kristus dalam dunia ini (Matius 16:28). Yesus berbicara tentang kembali-Nya dan tentang kerajaan-Nya yang akan datang. Pola pikir Allah mengajarkan kita untuk hidup dengan harapan dalam kenyataan bahwa dunia ini bukanlah tujuan akhir kita. Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, menerangi dunia dengan kasih dan kebenaran-Nya, sehingga melalui hidup kita yang tercermin dalam pola pikir Allah, orang lain dapat mengenal-Nya juga. (pwp) |