GKI Jatimurni

Renungan [333]

TEGURAN YANG MEMULIHKAN
10/09/2023
Yehezkiel 33 : 7 - 11
Mazmur 119 : 33 - 40
Roma 13 : 8 - 14
Matius 18 : 15 - 20

Bertegur sapa adalah bentuk komunikasi langsung yang dilakukan dua arah, yaitu antara penyapa dan orang yang disapa. Melalui bertegur-sapa itulah, kita bisa membangun kehangatan dalam perjumpaan, serta membuat kita semakin mengenal satu sama lain.

Namun, bagi sebagian dari kita, bertegur-sapa bukanlah perkara mudah. Bahkan, menjadi semakin sulit ketika harus kita lakukan kepada orang yang telah mendatangkan masalah bagi kita. Mungkin bukannya teguran yang ramah yang akan kita lakukan, melainkan kemarahan dan kebencian, bahkan tak jarang sebuah penghakiman. Ada kalanya seseorang tidak menyadari bahwa ia telah melakukan dosa, sehingga dengan pendekatan pribadi secara empat mata tak akan menimbulkan rasa dipermalukan. Teguran yang kita sampaikan ini tentu haruslah dibalut dalam kasih dan semangat memulihkan mereka yang jatuh dalam dosa untuk mengakui dosanya, dan kemudian bertobat, kembali dalam hidup persekutuan kasih dengan umat-Nya. Untuk dapat melakukan hal ini, dibutuhkan kasih yang tulus, tanpa niat yang jahat, agar dalam kehidupan bersama sebagai umat Allah kita dapat hidup saling mengasihi sebagai pemenuhan atas hukum Taurat.

Dalam teguran yang dilakukan dalam kasih inilah, diharapkan mereka yang telah jatuh dalam dosa tidak mengeraskan hati dan mau bertobat. Sebab bisa saja mereka tak mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan dan ajarkan itu adalah jahat di mata Tuhan dan akan menghantarkan mereka dalam kebinasaan. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus meminta umat-Nya untuk mau menegur mereka yang telah jatuh dalam dosa agar mengetahui akan kesalahan dan dosanya kepada diri sendiri, sesama, dan Allah untuk kemudian bertobat. Sebab ketika mereka yang tahu bahwa sesamanya telah melakukan dosa, namun membiarkannya, sejatinya Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban mereka.

Nasihat Tuhan Yesus di dalam Injil Matius 18 : 15 – 20 sangat penting untuk menjadi dasar bagi kita dalam menyikapi mereka yang jatuh dalam dosa. Sebab, saat kita salah mengambil sikap akan berdampak besar atas mereka. Dengan kesediaan diri untuk terus membuka diri bagi mereka yang telah jatuh dalam dosa diharapkan memberikan peluang bagi mereka untuk kembali dalam persekutuan dengan Tuhan.

Kita perlu memberi perhatian khusus dengan apa yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus tersebut. Sebab, dengan langkah-langkah pastoral yang disampaikan oleh Tuhan Yesus inilah kita dimampukan untuk menjaga agar kehidupan menggereja tetap utuh, dan tentunya sangat dibutuhkan pondasi kasih yang kuat. Marilah kita saling menegur manakala kedapatan ada yang salah, teguran dengan semangat kasih dan niat untuk menjaga mereka tetap dalam persekutuan yang utuh pada tubuh Kristus. Tuhan memampukan kita menjadi penjaga yang baik. [PWH]

PWH
13/09/2023 10.31.07