GKI Jatimurni

Renungan [334]

MENGAMPUNI TANPA BATAS
17/09/2023
Kejadian 50 : 15 – 21
Mazmur 103 : 8 – 13
Roma 14 : 1 – 12
Matius 18 : 21 - 35

Semoga Tuhan membalas setimpal dengan yang kamu perbuat terhadap ku. Sering kali menjadi ungkapan amarah dan seruan seseorang yang merasa hatinya telah tersakiti. Ucapan kasar, doa terburuk dan sumpah serapah terlontar begitu saja dari hati yang tersakiti. Dendam, tuntutan pembalasan menjadi semakin memanas dan melingkupi hati yang marah dari waktu ke waktu.

Tidakkah kita lelah dengan hati yang pahit dan terus menerus menggerogoti kehidupan kita tanpa bisa menikmati damai sejahtera yang Tuhan berikan secara gratis dalam kehidupan kita? Sekalipun Tuhan adalah Maha pengampun dan mengajarkan kasih, namun rasa amarah dan sakit hati sering kali menjadi pembenaran diri dan alasan untuk memilih tidak mau mengampuni.

Namun persoalannya adalah, bukan hanya mampukah kita memberi pengampunan terhadap sesama kita? Terlebih, terhadap orang yang telah menyakiti hati kita, seperti Tuhan mengampuni kita? Tapi juga berapa banyak kasih dan berapa kali kita harus memberikan pengampunan itu?

Tuhan telah terlebih dahulu mengampuni kita, tanpa batas. Memberikan kasih yang begitu besar. Lalu, bagaimana dengan kita? Bukankah kita sebagai seseorang yang telah menerima pengampunan juga seharusnya memiliki belas kasihan kepada mereka yang melakukan kesalahan? Namun, nyatanya sering kali kita tidak mau memberikan pengampunan itu kepada sesama kita. Padahal, kita semua layak menerima pengampunan.

Pada Kejadian 50:15-21 dikatakan, bahwa pengampunan tanpa batas ditunjukkan oleh Yusuf terhadap para saudaranya. Yusuf tidak melakukan tindakan merendahkan saudaranya yang telah merendahkan dirinya bahkan Yusuf pernah dijual sebagai budak. Pengalaman pahit tidak membuat hati Yusuf menjadi pahit. Bahkan Yusuf justru berkata “…aku inikah pengganti Allah?” (Kej 50:10).

Sikap Yusuf kontras dengan apa yang dilakukan oleh jemaat Roma yang saling menjatuhkan dan tidak mau menerima mereka yang berbeda (Roma 14:1-12). Pengampunan yang Yusuf nyatakan tampak jelas dari kemampuannya melihat sisi baik dari peristiwa kejahatan yang dilakukan oleh para saudara-saudaranya (Kej 50 : 20) dan menjamin ketersediaan makanan bagi para saudaranya beserta keluarga mereka (Kej 50 : 21).

Bagaimana jika Tuhan tidak mau mengampuni kita orang-orang berdosa? Apakah kita pantas dan layak menerima pengampunan dari Sang pemilik kasih yang besar itu? Lalu, jika kita layak menerima pengampunan dari Yesus Kristus mengapa kita masih sulit mengampuni sesama kita?

Dalam Mazmur 103:8-13 menggambarkan Tuhan adalah pengasih dan penyayang. Ia tidak selalu menuntut dan mendendam. Ia tidak membalas setimpal dengan kesalahan yang telah kita lakukan kepada-Nya. Manusia yang dosanya begitu besar, tetapi Tuhan ampuni.

Sudahkah kita mengampuni sesama kita? Kapan kita bisa memberikan pengampunan? Berapa kali kita harus memberikan pengampunan? Masih haruskah kita mengutuki, dan menuntut pembalasan dari Tuhan terhadap sesama kita? Bukankah Tuhan terlebih dahulu mengampuni kita orang berdosa tanpa batas?

Marilah, kita membuka hati kita dan memohon pertolongan Yesus Kristus, agar kita dimampukan untuk mengampuni tanpa batas. Sekalipun tidak mudah namun ketika kita percaya dan mau memberikan diri dengan rendah hati maka Tuhan pasti akan tuntun kita dan dimampukan untuk memberikan pengampunan yang sama.

Seperti Tuhan Yesus telah mengampuni kita terlebih dahulu, sehingga hidup kita memancarkan kasih setiap waktu dan nama Tuhan dipermuliakan atas kasih yang terpancar dalam kehidupan kita. Damai sejahtera dari Yesus Kristus memenuhi setiap hati kita. [HN]

HN
16/09/2023 21.22.46