GKI Jatimurni

Renungan [335]

TUHAN YANG ADIL DAN PENUH KEMURAHAN
24/09/2023
Yunus 3 : 10 – 4 : 11
Mazmur 145 : 1 - 8
Filipi 1 : 21 - 30
Matius 20 : 1 - 16

Sebagai seorang karyawan, kita sering merasa atasan kita berlaku tidak adil. “Sudah lelah-lelah berusaha, eh yang naik jabatan malah sejawat yang suka bermalas-malasan”, begitu kita sering berpikir. Rasa cemburu kemudian membakar diri kita, membuat kita menjadi pribadi yang pahit.

Dalam Matius 20:1-16, Yesus menceritakan tentang seorang tuan tanah yang mempekerjakan pekerja untuk ladangnya. Dia pergi mencari pekerja pada berbagai waktu sepanjang hari, mulai dari pagi hingga sore. Ketika saat pembayaran tiba, yang menarik perhatian kita adalah bahwa semua pekerja, baik yang bekerja sepanjang hari atau hanya sebentar, menerima upah yang sama. Ini menyebabkan protes dari mereka yang bekerja lebih lama, namun tuan tanah menjawab dengan tegas, "Tidakkah aku berbuat baik terhadap engkau? Ataukah engkau marah karena aku murah hati?"

Pesan utama dari kisah ini adalah mengenai karakter Tuhan kita, yang dapat dianggap sebagai gambaran Allah dalam kehidupan kita. Tuan tanah dalam kisah ini adalah gambaran Allah yang murah hati dan penuh kemurahan. Allah tidak memandang berapa lama kita sudah melayani-Nya atau seberapa banyak "pekerjaan" yang kita lakukan dalam kerajaan-Nya. Ia memberikan anugerah-Nya dengan sukacita kepada siapa pun yang datang kepada-Nya. Tuhan adalah Tuhan yang adil. Dia tidak melakukan ketidakadilan dalam memberikan upah kepada pekerja-pekerja-Nya. Meskipun penerimaan upah terlihat tidak adil dari perspektif manusia, itu adalah contoh betapa Allah selalu berpegang pada janji-Nya dan tidak melakukan ketidakadilan.

Para pekerja yang bekerja sepanjang hari merasa mereka lebih pantas menerima lebih banyak, tetapi mereka harus belajar untuk menghargai apa yang mereka terima. Kerendahan hati adalah kunci untuk hidup dalam kerajaan Allah, karena itu mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah hasil dari kemurahan Allah, bukan hak kita. Kita sering kali cenderung membandingkan diri dengan orang lain dalam hal pelayanan dan berharap mendapatkan pengakuan atau imbalan lebih besar karena kita mungkin telah "bekerja keras." Tetapi kisah ini mengajarkan kita untuk tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain dalam kerajaan Allah. Yang terpenting adalah menjalani panggilan kita dengan setulus hati dan menerima anugerah-Nya dengan rasa syukur.

Di sini kita belajar bahwa Allah adalah Tuhan yang adil dan penuh kemurahan. Tidak ada yang bisa mengukur atau memahami sepenuhnya cara-Nya dalam memberikan anugerah-Nya. Namun, kita dipanggil untuk hidup dengan kerendahan hati, menjalani panggilan kita dengan setulus hati, dan bersyukur atas kasih karunia-Nya. Mari kita percayai bahwa Allah selalu berbuat baik terhadap kita dan bahwa setiap berkat yang kita terima adalah tanda kasih-Nya yang tak terbatas. (pwp)

pwp
04/10/2023 12.16.55