Apa yang kita pikirkan ketika mendengar kata “Doa” ? Mungkin kebanyakan kita berpikir doa adalah sesuatu yang sifatnya formal, hubungan paling intim kita dengan Tuhan. Karena berhubungan dengan Tuhan maka sifatnya pun haruslah teduh, sangat berhati hati dalam memilih kata – kata, layaknya kita berbicara kepada majikan, dan kita adalah hambanya. Pemahaman ini tidak keliru karena sejatinya doa adalah sarana kita berbicara kepada Tuhan. Tapi apakah hanya itu fungsi doa? Apakah hanya ekslusif antara satu individu dengan Tuhan, hanya untuk memohon, bersyukur, atau bertobat? 1 Tesalonika 1 : 1 – 10 menunjukkan bahwa kekuatan doa tidaklah sebatas berefek pada satu individu saja. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Tesalonika menunjukkan bahwa doa memiliki efek yang bisa saling menguatkan satu sama lain. Tanpa menyingkirkan sifat doa yaitu selalu berpusat pada Tuhan, Paulus tidak lupa untuk menyebut Jemaat Tesalonika dalam doanya. Dalam ayat ke – 5, Paulus mengingatkan bahwa jemaat Tesalonika senantiasa dikuatkan oleh Roh Kudus, Lalu ayat ke 6 dan 7, Paulus seolah memberikan pujian, dan di ayat ayat selanjutnya Paulus senantiasa memberikan arahan bagaimana menyebarkan injil. Segala kemajuan, pergumulan, pujian yang ditujukan untuk jemaat Tesalonika disampaikan Paulus dengan begitu terbuka, sehingga maksudnya tersampaikan dengan baik. Dalam zaman sekarang ini pujian dan dukungan menjadi sesuatu yang mahal untuk diucapkan, ada berbagai hal yang membuatnya mahal, entah itu karena gengsi, hubungan yang sudah terlanjur buruk, tidak biasa. Sayangnya hal ini juga terjadi dalam keluarga yang seharusnya adalah lingkaran paling kecil, yang justru pujian dan dukungan menjadi hal tabu untuk diucapkan berkebalikan kata – kata kasar yang menjatuhkan ataupun saling ejek menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan. Di sini peran doa menjadi sangat penting, di saat kata – kata pada manusia menjadi sudah tak lagi enak didengar, sudah tidak enak lagi untuk bicara satu sama lain, doa menjadi sarana jembatan yang baik untuk memperbaikinya. Dengan berdoa kita mengakui bahwa Tuhan berdaulat atas keluarga kita, dengan berdoa kita memohon, bersyukur, dan meminta maaf akan segala hal yang kita perbuat untuk keluarga. Kebiasaan doa bersama – sama membuat kita bisa lebih intim lagi dengan Tuhan, sekaligus merekatkan hubungan dalam keluarga tanpa harus menciptakan suasana canggung satu sama lain. Tuhan adalah pusat dukungan kita, dan doa adalah sarana kita untuk terus mengakses dukungan itu. Dan akan sangat mulia kita bisa saling mendukung keluarga kita melalui doa, betapa mulianya kita bisa saling mengingatkan keluarga kita melalui doa, betapa mulianya kita bisa saling memaafkan keluarga kita melalui doa. Semoga kita bisa menjadikan doa sebagai sarana membangun keluarga yang saling mendukung dalam Tuhan. Amin. (EDF) |