GKI Jatimurni

Renungan [340]

PRIBADI YANG MEMILIKI INTEGRITAS
05/11/2023
Mikha 3 : 5 – 12
Mazmur 43
1 Tesalonika 2 : 9 – 13
Matius 23 : 1 – 12

Beberapa bulan ke depan negara kita tercinta Indonesia akan melaksanakan Pesta Demokrasi. Dalam rangka menyambut tahun politik 2024 ini, para politisi Tanah Air mulai aktif berlomba merebut hati masyarakat. Mereka ingin mendulang suara sebanyak-banyaknya dalam Pilpres dan Pileg. Tentunya untuk melancarkan keinginannya mendapatkan kedudukan penting baik di pemerintahan maupun kelembagaan. Masyarakat Indonesia dituntut lebih peka dan cerdas menentukan pilihan hatinya pada orang yang dapat dipercaya mewakilinya. Hal itu demi membangun Indonesia yang lebih baik.
Memang tidaklah mudah menentukan pilihan pada tokoh yang bisa diandalkan, yang mampu berjuang dengan jujur, tulus, dan berintegritas tinggi.


Integritas berarti adanya kesatuan antara kata dan perbuatan. Contohnya, banyak tokoh yang sebelum dipilih menyatakan antikorupsi, namun, ketika yang bersangkutan sudah terpilih, tak jarang malahan mereka sendiri yang menjadi koruptor. Sulit kita pahami bukan?


Tidak adanya kejujuran dan integritas dalam diri seorang tokoh, baik pemimpin dalam pemerintahan ataupun di peribadatan, membuat kekaguman berubah menjadi kekecewaan. Bahkan, membuat kita tidak lagi mempercayainya.


Bagi kita orang percaya, selayaknya kita bersyukur karena kita mengenal dengan baik Tuhan kita Yesus Kristus. Yesus selalu menunjukan kesatuan antara kata dan perbuatan-Nya.
Saat Ia mengajar tentang pengampunan, Ia memberikan pengampunan terhadap mereka yang menganiaya-Nya.


Marilah kita simak pengajaran Kristus dalam Matius 23 yang sekaligus menjadi kritikan-Nya terhadap orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, yaitu tentang tiga hal di bawah ini :


1. Tentang jabatan kepemimpinan


Yesus mengingatkan pendengar-Nya : “Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengerjakannya tetapi tidak melakukannya” (Matius 23:3)
Mereka memimpin untuk pengajaran Taurat, sedangkan prilaku mereka tidak sesuai yang diajarkan.

2. Kesalehan yang palsu


Dalam Matius 23 :5-7, Yesus mengatakan : “Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang Panjang; mereka suka duduk ditempat terhormat dalam perjamuan dan tempat terdepan di rumah ibadat; mereka akan menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi”.
Para Rabi Yahudi sangat suka menggunakan simbol-simbol agama untuk menunjukan kesalehan. 
Kesalehan seharusnya bukan hanya perkara pakaian dan penggunaan simbol-simbol agama, namun perilaku hidup yang sesuai Firman Tuhan.


3. Mengejar kehormatan dari manusia


Lalu Yesus mengatakan dalam Matius 23:11-12 “Barangsiapa terbesar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”.


Pelayan yang rendah hati tidak akan meninggikan diri apalagi mencari penghormatan diri, tetapi sungguh-sungguh memuliakan Tuhan Allah yang dilayani.
Proses pembentukan menjadi pribadi yang memiliki integritas diri diawali mengenal Yesus dan meneladani-Nya.


Kiranya Pesta Demokrasi 2024 nanti dapat berjalan aman dan lancar, dan para wakil rakyat Indonesia terpilih, siapapun dia, dapat belajar meneladani karya kasih Kristus yang ajaib.
 

LCS
Sonny W Adi
06/11/2023 12.45.05