Dalam menjalani kehidupan setiap orang pasti memiliki rencana masing-masing. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan bagaimana mengatur waktu yang tepat untuk setiap rencana yang telah dibuat. Sederhananya seseorang dalam satu hari, pasti membuat rencana pagi hari akan melakukan apa, siang lanjut kegiatan apa, dan seterusnya sampai dengan malam hari. Yang paling sering kita dengar adalah sebagian besar orang merencanakan liburan bersama keluarga di akhir tahun, atau mengambil cuti dari pekerjaan saat anak-anak memasuki liburan sekolah untuk menikmati waktu bersama dengan keluarga. Pada sisi lain, kita juga tahu bahwa banyak orang juga tidak menginginkan kehilangan waktunya dengan percuma, bahkan untuk berlibur pun tidak sempat karena beranggapan hal itu tidak terlalu penting dan hanya membuang-buang waktu dalam membangun sebuah karier. Tapi tak jarang ada juga orang yang tanpa sadar telah menghabiskan waktunya dengan bermalas-malasan, hal-hal yang tidak penting, dengan kegiatan yang tidak produktif. Untuk orang seperti ini, hidup lebih menyenangkan apabila dijalani dengan slogan “Tanpa Beban” dalam arti yang sangat sempit. Tanpa kita sadari, terkadang kebiasaan kita sehari-hari justru membentuk perilaku kita yang tidak menghargai waktu. Apalagi dalam kehidupan modern saat ini kebanyakan dari kita terjebak “Asik Sendiri” dengan Handphone masing-masing dan bisa bertahan berjam-jam membuka social media. Tanpa sadar hal itu menimbulkan sikap kita yang tidak mempedulikan orang-orang yang ada di sekeliling kita, bahkan yang paling memprihatinkan tanpa sengaja ketika kita memperhatikan satu keluarga yang sedang makan malam bersama di sebuah restoran/mall, malah masing-masing anggota keluarganya lebih sibuk memperhatikan hand phone dibandingkan membangun komunikasi yang hangat bersama keluarga. Ini sederhana tapi sangat merusak kebiasaan baik didalam membangun hubungan satu dengan lainnya dalam keluarga. Ayat bacaan kita saat ini dari Matius 25:14-30 secara implisit juga memberikan pelajaran penting kepada kita terhadap apa yang dipercayakan oleh Tuhan untuk dikerjakan dan mengusahakan yang terbiak di ladang pekerjaan kita, tetapi kita merespon hal itu secara berbeda. Diceritakan dalam perumpamaan itu bahwa ada hamba yang menerima lima talenta, ada yang menerima dua talenta, dan ada juga yang menerima satu talenta dan ketiganya merespon dengan berbeda sampai dengan kembalinya tuan mereka dan melakukan perhitungan dengan mereka. Sekian lamanya waktu yang diberikan oleh tuannya untuk menjalankan talenta itu, tapi ada hamba yang tidak mengerjakan apa-apa dan tidak menghasilkan apapun. Di sinilah letak permasalahan bahwa hamba tersebut tidak menghargai waktu yang diberikan oleh tuannya untuk mengusahakan atau mengerjakan segala sesuatunya yang dipercayakan oleh tuannya. Inilah wujud di mana kita manusia “tidak menghargai waktu” dengan baik untuk mengerjakan hal-hal yang baik, yang produktif dan dan berdampak bagi diri sendiri, bagi keluarga, dan bagi orang-orang di sekeliling kita. Saya teringat dengan lirik lagu : “Hidup ini adalah kesempatan, Hidup ini untuk melayani Tuhan. Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan beri, Hidup ini hanya sementara. Oh Tuhan pakailah hidupku, selagi aku masih kuat. Bila saatnya nanti ku tak berdaya lagi, hidup ini sudah jadi berkat”. Menjadi pertanyaan besar bagi kita masing-masing adalah seberapa besar kehidupan kita berdampak dan menjadi berkat bagi kita dan keluarga juga kepada sesama? Apakah kehidupan kita akan terus menjadi beban kepada orang-orang di sekeliling kita? Apakah yang harus kita maknai dari perilaku hamba yang mengusahakan Talenta yang diberikan oleh tuannya, sehingga bisa memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita dan sesama kita? Melalui renungan singkat ini, marilah kita merefleksikan firman Tuhan ini dalam kehidupan kita yang lebih menghargai waktu yang telah diberikan oleh Tuhan, sehingga kehadiran kita di tengah keluarga maupun di lingkungan di mana saja kita berada senantiasa berdampak baik dan menjadi berkat bagi sesama. Mari kita dasari seluruh rencana kehidupan kita Bersama Tuhan, dan terus bekerja dengan waktu dan kesempatan yang telah diberikan Tuhan agar kehidupan kita menjadi berdampak juga menjadi berkat bagi sesama. Tuhan Yesus memberkati. Amin. (BJS) |