Beberapa hari yang lalu, kita telah menjalankan hak suara kita untuk memilih wakil-wakil kita di pemerintahan, bahkan kita telah menentukan siapa yang kita anggap layak untuk memimpin negara ini. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah mereka akan memenuhi janjinya? Sebagai orang Kristen, kita meyakini bahwa Tuhan adalah sumber segala kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, ketika kita membuat keputusan politik, kita juga memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai kita sebagai umat Kristiani. Hal ini berarti bahwa kita tidak hanya harus mempertimbangkan kebijakan dan program yang diusulkan oleh para kandidat, tetapi juga melihat pada integritas dan komitmen mereka untuk memenuhi janji-janji mereka. Mempercayai janji manusia dan mempercayai janji Tuhan memang memiliki perbedaan mendasar, terutama ketika kita merujuk pada konteks pemilu atau proses politik yang baru saja kita alami. Saat kita memberikan suara dan memilih para pemimpin kita, kita secara melekat menempatkan kepercayaan kita pada janji-janji mereka untuk mewakili kita dengan baik, menjalankan tugas-tugas mereka secara adil, dan memenuhi komitmen mereka kepada rakyat. Namun, pengalaman sejarah sering kali menunjukkan bahwa tidak semua janji manusia dapat dipenuhi sepenuhnya. Para pemimpin politik, terlepas dari seberapa baik mereka berkampanye atau berjanji, terkadang dihadapkan pada realitas politik, keterbatasan kekuasaan, atau bahkan kepentingan pribadi yang menghalangi mereka untuk memenuhi janji-janji mereka dengan sempurna. Bagaimana dengan Janji Tuhan? Sejak zaman Nuh dan Abraham, Janji Tuhan memiliki kepastian yang tidak dimiliki oleh janji manusia. Di Alkitab, tidak ada satu pun janji Tuhan yang tidak ditepati. Bahkan setelah ribuan tahun, Dia masih ingat janji-janji-Nya dan selalu memenuhinya. Tuhan berjanji kepada Nuh tentang tidak akan lagi menghancurkan bumi dengan air bah "Dan Allah berfirman: 'Inilah tanda perjanjian yang Aku adakan antara Aku dan kamu serta setiap makhluk hidup yang bersama kamu turun-temurun untuk selama-lamanya” - Kejadian 9:12. Demikian pula, janji-janji Tuhan kepada Abraham tentang keturunan yang banyak seperti pasir di laut dan bintang di langit “Lalu dibawa-Nya dia ke luar dan berfirman “Pandanglah ke langit dan hitunglah bintang-bintang, jika engkau sanggup menghitungnya.' Lagi firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” - Kejadian 15:5. Dan Tuhan melanjutkan, tanah yang akan diberikan-Nya kepada keturunan Abraham “Lalu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: 'Kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini.' - Kejadian 12:7. Ini menunjukkan bahwa janji Tuhan tidak hanya kata-kata kosong, tetapi disertai dengan tindakan konkret yang menegaskan keabsahan janji-Nya. Berbeda dengan kita, Tuhan tidak pernah melanggar janji-Nya, seperti matahari yang selalu terbit setiap hari. Abraham dipanggil oleh Tuhan untuk meninggalkan tempat kelahirannya tanpa tahu kemana ia akan pergi. Meski sulit, ia memilih untuk percaya pada janji Tuhan dan berjalan dengan iman. Percaya pada janji Tuhan penting, karena Dia selalu setia pada janji-Nya dan tidak pernah berubah. Kadang-kadang, hidup kita tidak selalu baik-baik saja, dan itu membuat kita merasa ragu dan cemas, sulit untuk tetap percaya pada janji Tuhan. Saat kita dihadapkan pada tantangan atau ketidakpastian dalam hidup, seperti yang dialami oleh Abraham, memiliki iman dan mempercayai janji Tuhan menjadi fondasi yang kokoh untuk tetap maju. Ini adalah panggilan untuk kita sebagai orang percaya untuk memperkuat iman dan kepercayaan kita pada Tuhan. Kita bisa melihat contoh Abraham yang memilih untuk percaya pada Tuhan meski tidak mengerti sepenuhnya apa yang akan terjadi. Sebagai orang Kristen, kita memiliki tanggung jawab untuk memilih pemimpin yang mencerminkan nilai-nilai kita sebagai umat Kristiani, dan sementara kita dapat berharap pada pemimpin yang akan memenuhi janji-janji mereka, kepercayaan utama kita harus tetap pada janji Tuhan yang tak pernah ingkar.***(HW) |