GKI Jatimurni

Renungan [355]

BERLAKU BENAR DI DALAM IMAN
25/02/2024
Kejadian 17 : 1 - 7, 15 - 16
Mazmur 22 : 24 – 32
Roma 4 : 13 - 25
Markus 8 : 31 - 38

Saat kita sama-sama membaca tulisan ini, keadaan di negeri tercinta ini sedang ramai dengan issu politik pasca pemilihan presiden dan legislatif. Banyak hal yang dilakukan oleh para pemimpin dan calon pemimpin negeri ini untuk bisa merebut kursi di perlemen, sampai-sampai mereka lupa bagaimana harus bersikap yang benar. Tak sedikit dari para politisi dan calon politisi yang menghalalkan segala cara untuk bisa memikat hati konstituen demi mendapatkan suara terbanyak.

Lalu apa hubungannya tema bacaan hari ini “Berlaku Benar di Dalam Iman” dengan masalah politik? Semua yang terjadi di dunia ini, termasuk politik pastinya berhubungan dengan iman. Jika saja orang-orang yang berebut kekuasan itu memiliki iman, mereka pasti akan melakukan hal yang benar untuk menarik simpati rakyat.

Bagaimana melakukan hal yang benar menurut iman Kristen?  Markus 8 ayat 34 tertulis, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Nats ini sering kita dengar tapi apakah kita tahu apa arti menyangkal diri? Pernyataan ini dimaksudkan agar para pengikut Kristus menanggalkan cara berpikir menurut kehendaknya sendiri (menyangkal diri). Pengikut Yesus harus menyerahkan diri sepenuhnya pada karya Allah (memikul salib).  Namun sayangnya, seringkali saat kita punya keinginan dan harapan, kita cenderung memaksakan keinginan itu dengan segala cara. Sama seperti Petrus yang memaksakan cara pandang dan keinginannya tentang Mesias kepada Yesus. Bagi Petrus seorang Mesias tidak mungkin akan mengalami sengsara dan kematian. Petrus berharap bahwa seorang Mesias akan melawan para penjajah dan membebaskan bangsa Israel. Petrus berpikir bahwa Mesias secara politik memiliki kuasa dan kemampuan berperang melawan penjajah. Cara berpikir Petrus ini bertentangan dengan Yesus.  Dalam percakapan antara Petrus dan Yesus (ay.33), Ia menghardik Petrus dengan menyebut tindakannya sebagai tindakan iblis, karena Yesus memahami kemesiasan-Nya dengan gambaran Ia harus menderita dan mati.

Di ayat yang sama juga tertulis, “memikul salibnya”. Memikul salib adalah mengikuti jejak yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus yaitu kita diminta untuk menyerahkan hidup bagi Kristus Yesus. Konsekuensi dari memikul salib itu adalah kehilangan nyawa dan akan diuji terus menerus. Hidup dengan iman haruslah dijalani dalam segala keadaan, bukan sekadar pada masa yang menyenangkan saja. Kita diminta untuk tetap setia di dalam iman meski dalam keadaan susah dan tertekan seperti pada Mazmur 22. Pemazmur tidak kehilangan keyakinan dan imannya kepada Tuhan yang akan menolong dirinya. Sama seperti Abraham yang tetap percaya akan janji Allah meski secara logika sangat tidak masuk akal bahwa Sara akan melahirkan di usianya yang senja, dan terbukti iman Abraham menghasilkan upah.

Mengikut Yesus berarti sungguh-sungguh menyerahkan diri dan menjadikan Allah sebagai pusat kehidupan. Ketika kita ingin hidup berdasar pada Iman, kita mendapat anugerah dari Allah dan dipanggil untuk mengosongkan setiap kepentingan, ambisi pribadi, dan menggantinya dengan kehendak Allah. Mari bangun relasi baru dengan Allah dengan melakukan tindakan yang konsisten agar terjadi pembaharuan hidup yang benar berdasar iman. (NJT) 

NJT
Sonny W Adi
26/02/2024 10.34.34