GKI Jatimurni

Renungan [368]

ALLAH YANG MENYATAKAN DIRI
26/05/2024
Yesaya 6 : 1 - 8
Mazmur 29
Roma 8 : 12 - 17
Yohanes 3 : 1 - 17

Istilah Tritunggal tidak ada di dalam Alkitab karena Allah tidak pernah menyatakan diri sebagai Allah Tritunggal. Alkitab berisi kesaksian tentang Allah yang Mahakuasa. Allah yang penuh kuasa berinisiatif menyatakan diri-Nya kepada dunia melalui Yesus Kristus, yang dengan pertolongan Roh Kudus dapat dialami oleh orang percaya. Inilah yang menjadi keyakinan gereja, tentang keMahakuasaan Allah.

Menghayati Allah Tritunggal bukanlah sekadar memahami doktrin gereja tentang ‘satu hakikat tiga pribadi’. Namun, menjadi sebuah pemahaman yang membawa gereja pada pengakuan tentang kuasa dan kekudusan Allah; Tentang Allah yang Mahakuasa dan Mahakudus yang menyatakan diri-Nya kepada manusia dalam Yesus Kristus yang dalam Roh Kudus dialami oleh orang yang percaya. 

Inilah yang dilakukan gereja ketika merayakan Minggu Trinitas.

Bukan upaya untuk menjelaskan dengan sempurna mengenai siapa Allah yang penuh kuasa dan kudus itu, melainkan merayakan kekuasaan Allah yang telah menyatakan diri dalam Yesus Kristus yang dalam kuasa Roh Kudus dialami oleh gereja pada masa kini. Yesaya 6:1-8 memulai kisah penglihatan nabi Yesaya tentang Allah yang Mahakudus. Raja Uzia yang memerintah di Yehuda sekitar 52 tahun dan menjadi raja sejak usia 16 tahun, sangat terkenal, yang melakukan berbagai hal benar di hadapan Allah (2Taw. 26:3-4). Ia menunjukkan berbagai kehebatan selama memimpin. Raja Uzia mengalahkan banyak bangsa lain, mendirikan menara di atas pintupintu gerbang Yerusalem dan di padang gurun. Namun, sayangnya ia menjadi raja yang sombong dan tidak setia kepada Tuhan dan melanggar kekudusan Allah. Pada akhir hidupnya, Uzia terkena kusta dan hidup dalam pengasingan sampai ia mati. 

Kitab Yesaya menegaskan bahwa sehebat-hebatnya seorang raja memerintah dalam dunia ini, ia pasti akan mati. Pemerintahan manusia itu terbatas, tak bisa selamanya. Hanya pemerintahan Allah yang kekal dan abadi. 

Allah itu kudus. Siapa pun yang melihat Allah akan mati karena tidak tahan dengan kekudusan-Nya. Dalam kisah mengenai Musa yang meminta untuk melihat kehadiran Tuhan, Keluaran 33:20 mencatat perkataan Allah, “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup” (bdk. Kel. 20:19; Bil. 17:13). Itu sebabnya ucapan Yesaya bahwa ia melihat Tuhan adalah metafora bahwa Yesaya merasakan kekudusan dan kuasa Allah terjadi pada saat itu ketika ia sedang beribadah di Bait Allah. Pengudusan yang Allah lakukan untuk Yesaya, membuatnya siap diutus Tuhan. Allah yang begitu jauh dari manusia yang berdosa, sekaligus juga adalah Allah yang mendekatkan diri. Allah yang dapat dikenali dan dirasakan kehadiran-Nya, bukan karena usaha dan kemampuan manusia, melainkan karena Allah berinisiatif menyatakan diri kepada manusia. Penyataan diri Allah terjadi secara khusus dalam diri Yesus Kristus, 

Anak Tunggal Allah. Penyataan khusus Allah dalam Yesus Kristus menjadi percakapan panjang antara Nikodemus dan Yesus pada suatu malam. Nikodemus seorang Farisi dan pemimpin agama Yahudi. Dalam Yoh 3:2, Nikodemus memanggil Yesus sebagai rabi yang diutus oleh Allah. Nikodemus menyadari bahwa Yesus bukanlah orang sembarangan dengan bukti tentang mukjizat pertama Yesus. Ia mengubah air menjadi anggur di Kana. Yesus menyucikan Bait Allah dengan mengusir para pedagang dan penukar uang, serta bahwa “… banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya”

(Yoh. 2:23). Percakapan panjang Yesus dan Nikodemus membawa Nikodemus masuk dalam pemahaman bahwa Yesus adalah Anak Allah yang tunggal, ”… supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (ay. 16).  Penyataan diri Allah ini dimungkinkan terjadi karena ‘begitu besar kasih Allah akan dunia ini’. Ada tujuan keselamatan yang berada dalam proses pengutusan Anak-Nya ke dalam dunia. - (Wd)

Wd
Sonny W Adi
27/05/2024 14.59.16