Dalam semua aktivitas kehidupan yang dijalani tentunya setiap orang memiliki tujuan masing-masing. Adalah sesuatu yang sangat wajar ketika berbicara tentang hal itu, karena tentunya semua orang juga menginginkan hidupnya lebih berkualitas. Tentunya ingin mencapai sukses dan biasanya dalam setiap tahapan pencapaian itu, yang sangat dibutuhkan adalah menjalani kehidupan dengan lebih fokus pada tujuan hidup yang telah ditentukan. Sebagai ilustrasi dalam keseharian kita, ketika pergi ke pusat perbelanjaan mencari suatu barang sesuai kebutuhan saat itu, namun kita justru ”lapar mata” dan ”tergoda” dengan barangbarang lainnya yang sebenarnya tidak menjadi sesuatu yang penting untuk dibeli atau dimiliki di saat yang sama. Artinya kita tidak fokus pada barang yang sebenarnya sedang kita cari dan sangat dibutuhkan, melainkan tergoda pada keinginan yang tiba-tiba muncul. Kalau minggu lalu bacaan Firman kita mengisahkan Yesus yang memberi makan lima ribu orang, di mana ada salah satu murid yang berkata kepada Yesus bahwa bila mereka membeli roti seharga dua ratus Dinar pun, maka tidak akan cukup memberi makan kepada semua orang di tempat itu. Tentu saja hal ini menunjukkan, sang murid mengalami ”gagal fokus” dengan apa yang hendak diajarkan kepada orang banyak. Peristiwa tersebut sekaligus menjadi momentum untuk Yesus mengajarkan banyak orang dan juga para murid untuk lebih fokus kepada kuasa Allah, sehingga dengan mengucap syukur kepada Allah dan setelah itu baru membagibagikan roti kepada semua orang yang hadir. Kuasa Allah bekerja dan semua orang mendapatkan roti untuk dimakan. Bahkan tidak kekurangan, melainkan ada sisa atau kelebihan. Minggu ini kita diingatkan kembali untuk memaknai Yesus ”Sang Roti Hidup”. Yesus menginginkan supaya setiap orang percaya kepada-Nya sebagai sosok sumber kehidupan. Sehingga setiap orang yang datang dan percaya kepada Kristus, Sang Roti Hidup, akan tergerak juga meneladani Dia untuk terus mau berbagi, peduli, dan solider kepada banyak orang. Bila kita memaknai hal ini, tentunya kita perlu melakukan perubahan-perubahan dalam kehidupan kita agar lebih fokus. Bahkan, dalam hal berdoa sekalipun. Kita hanya berfokus meminta berkat Tuhan atas kehidupan kita secara pribadi ketika berdoa. Padahal, kita lupa untuk berdoa supaya kita menjadi sumber berkat kepada banyak orang. Ini mungkin sesuatu hal sangat sederhana. Tetapi, ketika kita semua mau memaknainya sesuai bacaan kita hari ini, marilah kita beranjak dari peristiwa lima ribu orang yang makan bersama saat itu dan kita bisa melihat bahwa saat manusia mengarahkan diri untuk ”fokus” kepada Allah, ada perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Perubahan itu terjadi karena fokus hidup yang jelas dan tidak dikaburkan karena roti yang membuat kenyang atau benda berharga lainnya. Bukan hanya itu, ketika seseorang mengarahkan hatinya kepada Yesus, ia akan tergerak mengarahkan hatinya berfokus kepada setiap orang di sekitarnya oleh karena kasih. Ia tidak lagi dikuasai rasa takut akan kekurangan. Rasa kekurangan itu tidak lagi menghambatnya untuk berbagi. Mari bersama-sama kita memaknai pesan Firman Tuhan ini di dalam kehidupan kita untuk terus mengarahkan perhatian atau fokus kita hanya tertuju kepada Allah. Bukan kepada materi atau ”roti” yang mengenyangkan perut. Materi itu justru menghambat kita memaknainya sebagai kehidupan yang berdampak pada hidup kita. Sebab, dengan hal itulah kita akan menjadi sumber berkat kepada banyak orang dengan tidak takut berkekurangan. Yesus adalah roti hidup. Barangsiapa yang datang kepada-Nya tidak akan lapar lagi dan juga ketika percaya kepada-Nya, tidak akan haus lagi. Mari kita belajar terus mengarahkan hidup kita hanya kepada Allah, supaya kehidupan kita bisa berdampak untuk banyak orang. Tuhan memberkati kita semua. Amin. (BJS) |