GKI Jatimurni

Renungan [383]

GEREJA YANG TOLERAN
08/09/2024
Yesaya 35 : 4 - 7
Mazmur 146
Yakobus 2 : 1 - 17
Markus 7 : 24 - 37

Pada 3-6 September 2024, Indonesia akan menerima kunjungan Paus Fransiskus yang merupakan seorang kepala negara dan juga pemimpin umat Katolik seluruh dunia.

Tentu kehadirannya sangat penting untuk memperkuat kerukunan umat beragama yang perlu dijaga dan dikembangkan, baik di Indonesia maupun di dunia. Terlihat bagaimana persiapan pengamanan untuk menyambut kehadiran Paus Fransiskus. Bahkan, kita yang bukan umat Katolik dapat merasakan antusiasme seperti saudara-saudara Katolik.

Walaupun cara kita beribadah berbeda dengan saudara kita umat Katolik, kita tetap menghargai perbedaan tersebut seperti Allah yang menciptakan perbedaan dan Allah juga mencintai perbedaan tersebut. Bahkan, Allah menginginkan perbedaan tersebut menyatu menghadirkan wujud yang lebih baik dari pada sekadar persamaan atau perbedaan itu sendiri.

Menyatu tanpa menghilangkan identitas dan jati diri, masing-masing hidup penuh harmoni. Yesus adalah penyataan Allah yang mencintai perbedaan. Ia bergaul dengan siapa saja, tidak hanya dengan orang yang benar, tetapi juga dengan orang berdosa. Ia bergaul dengan orang-orang dari kelompok yang berseberangan paham denganNya,  juga dengan bangsa lain yang dikafirkan oleh orang-orang Yahudi.

Pada bacaan Markus 7:24-27 kita belajar bagaimana Yesus menyembuhkan anak seorang kafir yang mengetahui kedatanganNya dan memohon kesembuhan untuk anaknya yang kerasukan setan. Ibu tersebut bisa digambarkan sebagai orang yang sangat berbeda dengan pengikut Kristus. Dia bukan Yahudi. Dia mewakili dunia orang kafir yang tidak layak menerima keselamatan Allah. Itulah sebabnya tidak mengherankan jika Yesus berkata: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi perempuan itu tidak tersinggung. Bahkan, menjawab, benar Tuhan. Namun, anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak. Hal ini menggambarkan banyak roti sorga yang diberikan kepada umat Israel dan memakannya dengan sembrono, sehingga banyak remah-remah yang terjatuh mereka tidak menghargai makanan. Itulah sebabnya perempuan itu beranggapan, anjing akan menggunakan kesempatan tersebut dengan memakannya dan memperoleh kesempatan mendapatkan anugerah-Nya. 

Apa yang dilakukan Yesus dengan menyembuhkan orang yang bukan Israel menandakan bahwa semua manusia sama di mata Tuhan. Allah berkenan menganugerahkan keselamatan bagi semua manusia, tidak terkecuali dari suku, ras, dan agama apapun. Jika kita berbicara masalah toleran, maka kita diajak untuk melihat dan memahami bahwa agama bukan hanya soal Allah dan manusia, tidak hanya laki-laki dan perempuan, tetapi juga melihat dan memahami kemanusiaan Yesus serta manusia sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Allah Sang Pencipta. (LND)

LND
Sonny W Adi
09/09/2024 11.13.46