GKI Jatimurni

Renungan [387]

KELUARGA YANG BEKERJA BAGI ALLAH
06/10/2024
Yohanes 9 : 1 – 11

Umat yang dikasihi Tuhan Yesus, Shalom aleichem! Hari ini kita memperingati Hari Perjamuan Kudus Sedunia, sekaligus sebagai pembuka Bulan Keluarga GKI Jatimurni dengan sub tema: “Keluarga Dipanggil Ikut Serta Menyatakan Pekerjaan Allah”.

Tema ini merupakan ajakan kepada kita secara khusus untuk memperhatikan pelayanan kepada para penyandang disabilitas. Kita dipanggil untuk memfasilitasi mereka, dalam persekutuan yang saling mengasihi dan melayani.

Disabilitas bukan hanya menyangkut fisik, tanpa tangan, tanpa kaki, bisu, tuli, buta, lumpuh, melainkan juga ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), keterbelakangan mental, juga para warga lanjut usia yang sudah menurun kemampuannya.

Belajar dari Injil Yohanes 9:1-11, di mana kita diajak mencermati bagaimana sikap menghakimi dan pemahaman yang diterima secara umum lewat pertanyaan para murid, ketika melihat seorang buta sejak lahir duduk mengemis. Para murid menghidupi paham bahwa keadaan buta adalah hukuman atas dosa. Tetapi jawaban Tuhan Yesus mematahkan paham bahwa orang yang buta sejak lahir itu karena dosanya, atau dosa orangtuanya, dengan memilih menjawab pertanyaan itu dengan mendatangi secara pribadi, dan membuatnya bisa melihat. Pekerjaan Allah yang harus dinyatakan dalam diri orang yang buta sejak lahir, yaitu kasih-karunia yang menyembuhkan, memulihkan, dan menyelamatkan. 

Pemahaman bahwa penyakit, kecacatan, atau kelemahan adalah hukuman atas dosa berakibat pembiaran terhadap sesama yang  menjadi penyandang disabilitas. Tuhan Yesus melawan paham teologis yang menganggap penyakit dan kelemahan sesama kita penyandang disabilitas itu adalah akibat dosa. 

Kita dipanggil ikut serta mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Allah dalam diri orang buta, tuli, bisu, lumpuh, juga kepada sesama yang secara intelektual dan mental berkebutuhan khusus, sebagaimana pelayanan kepada para orangtua yang karena usia lanjut menurun kemampuan fisik, intelektual, mental maupun sensoriknya.

Marilah kita lebih memperhatikan pelayanan kepada para penyandang disabilitas, membuang pemahaman yang menghakimi, bahwa keadaan disabilitas adalah karena hukuman dosa. Kita perlu mengupayakan bagaimana pekerjaan-pekerjaan Allah bisa dinyatakan dalam setiap keadaan. Terlebih saat berhadapan dengan penyakit dan kelemahan, serta menjadikan aksi kasih dan pelayanan yang nyata melawan pembiaran maupun wacana yang berkembang akan tetapi tanpa empati dan keberpihakan kepada penyandang disabilitas.  Selamat memasuki Masa Penghayatan Hidup Berkeluarga, secara khusus kita diajak mencermati pelayanan untuk saudara-saudara penyandang disabilitas. Mereka ada di tengah-tengah kita. Bersama mereka, kita dipanggil untuk ikut serta mengerjakan pekerjaanpekerjaan Allah, mengasihi, dan melayani, mulai dari keluarga kita. (PWH)

Sonny W Adi
06/10/2024 19.53.25