GKI Jatimurni

Renungan [399]

KEHADIRAN YANG DISUKAI ALLAH DAN SESAMA
29/12/2024
1 Samuel 2 : 18 – 20, 26
Mazmur 148
Kolose 3 : 12 – 17
Lukas 2 : 41 – 52

Injil Lukas 2: 41-52 mengisahkan tentang masa kecil Yesus. Salah satunya, momen ketika Yesus berusia 12 tahun tinggal di Bait Allah tanpa sepengetahuan orangtuanya.

Dalam budaya Yahudi, anak-anak pada usia 12 tahun memasuki masa transisi menuju tanggung jawab dewasa dalam hal keagamaan. Kisah ini menunjukkan, sejak usia muda, Yesus sudah sadar akan identitasNya sebagai Anak Allah dan tujuan hidup-Nya yang berpusat pada kehendak Bapa-Nya.

Setiap tahun, keluarga Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Paskah merupakan salah satu perayaan penting bagi bangsa Israel. Dalam budaya Yahudi, Paskah bukan sekadar ritual. Itu adalah peringatan tentang pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Di sini kita melihat kepatuhan Yesus dan keluarga-Nya terhadap hukum Taurat, sesuatu yang menggambarkan kesetiaan mereka kepada Tuhan.

Dalam Ayat 49 – “Jawab-Nya kepada mereka: ‘Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?’’

Yesus menunjukkan, hubungan dengan Bapa adalah prioritas. Ini mengingatkan kita untuk selalu menempatkan Tuhan sebagai pusat dari setiap keputusan dan tindakan kita, bahkan di tengah kesibukan dan tuntutan hidup sehari-hari.

Yesus tetap di Bait Allah untuk belajar dan berinteraksi dengan para ulama, menunjukkan ketekunan-Nya dalam panggilan-Nya sejak usia muda. Kita dipanggil untuk bersungguh-sungguh dalam iman dan panggilan kita, dan sebagai orang tua, untuk mengarahkan anak-anak pada kehendak Tuhan.

Dalam Ayat 51a. “Lalu ia pulang bersama-sama dengan mereka ke Nasaret, dan ia tetap hidup dalam asuhan mereka”. Dengan kata lain Yesus memahami bagaimana Dia harus hidup sebagai Anak Allah, dan bagaimana hidup sebagai anak manusia yang diasuh oleh orang tuanya. Seperti halnya pada Samuel sewaktu diserahkan ke Bait Allah. Samuel benar-benar menanggapi panggilan Tuhan namun Samuel juga tidak melupakan kasih sayang kedua orangtuanya.

Yesus memberikan keteladanan-Nya akan sikap patuh-Nya kepada orangtua (dan juga sesama) dan di sisi lain, Dia pun bertumbuh melalui ketaatan-Nya kepada Allah Bapa. Dan umat mengalami pertumbuhan di dalam Tuhan.

Renungan ini mengingatkan kita bahwa kehidupan yang sejati, penuh makna, dan membawa dampak adalah kehidupan yang sepenuhnya berpusat pada Tuhan.

Dari Yesus, kita belajar bagaimana menempatkan kehendak Bapa di atas segalanya—sebuah panggilan yang menuntut komitmen, kesetiaan, dan ketekunan supaya dapat bertumbuh di dalam Tuhan. Maka, marilah kita terus bertumbuh di dalam Tuhan dan hidup takut akan Tuhan, menempatkan-Nya di dalam hidup kita, dan membawa keluarga kita mendekat pada-Nya, karena kita percaya bahwa hidup yang demikian tidak hanya memberkati kita saat ini, tetapi juga mendatangkan berkat bagi generasi-generasi yang akan datang. [DSS]

DSS
Sonny W Adi
29/12/2024 16.18.44