GKI Jatimurni

Renungan [400]

HAK MENJADI ANAK–ANAK ALLAH
05/01/2025
Yeremia 31 : 7 - 14
Mazmur 147 : 12 - 20
Efesus 1 : 3 - 14
Yohanes 1 : 10 – 18

Salam sejahtera untuk kita semua.. Shalom.. Selamat memasuki tahun 2025, tahun penuh harapan.. Semoga kita senantiasa terus bersyukur dan bersandar hanya pada kuasa Allah.

Bapak ibu yang dikasihi dalam Tuhan Yesus Kristus, mengawali tahun 2025 ini kita diingatkan kembali sebagai umat Kristiani untuk terus meneladani kehidupan Yesus Kristus sang putra Natal dalam membawa pesan kasih kepada sesama umat manusia. Tentu sebagai pengikut Kristus, kita diberi kuasa oleh Tuhan karena anugerah-Nya. Hal ini juga yang membuat orang Kristen mengimani bahwa anugerah keselamatan sebagai “keistimewaan” dari Tuhan dibanding yang lainnya. Walaupun dalam kenyataannya, keistimewaan ini juga sering disalahartikan dan disalahgunakan oleh orang Kristen. Misalnya, dengan pemikiran yang terbatas bahwa akan terus mendapatkan pengampunan dari Tuhan ketika kehidupannya tidak sesuai atau selaras dengan firman Tuhan. Boleh dibilang, terus berbuat dosa namun terus juga mendapatkan pengampunan dari Tuhan, karena Tuhan maha kasih dan pengampun. Ini yang kemudian seolah dianggap sebagai “Hak” mendapatkan pengampunan bagi setiap pengikut Kristus.

Dalam perjalanan kehidupan kita, kita sering mendapatkan bahwa “kuasa” atau “kekuasaan” justru membuat orang terjebak dengan sebuah pencapaian bahkan berujung kejatuhan. Dalam realita kehidupan, kita baru saja melewati pesta demokrasi untuk memilih pemimpin atau kepala daerah baik di provinsi maupun kabupaten dan kota. Lewat peristiwa itu juga dapat dilihat, banyak orang ingin mendapatkan legalitas untuk menjalankan kuasa atau memperoleh kekuasaan dari rakyatnya. Tetapi terkadang orientasi kepemimpinan itu mulai berubah di tengah jalan, ketika yang seharusnya memberikan kesejahteraan kepada rakyat, justru berbalik arah untuk memenuhi kepuasan atau nafsu pribadi yang tak jarang tersangkut dengan kasus “korupsi” atau “penyalahgunaan kewenangan” dari kekuasaan yang diperolehnya. Inilah bukti bahwa manusia ketika mendapatkan kuasa, cenderung menyalahgunakan kekuasaannya, termasuk di dalamnya orang kristen, pengikut Kristus.

Sebagai pengikut Kristus, seharusnya memahami dan menyadari bahwa kuasa Allah yang diberikan kepada kita bukanlah sebuah hadiah, tetapi sebuah anugerah yang perlu dimaknai dengan menghadirkan keteladanan Yesus Kristus di dalam kehidupan setiap orang percaya. Yohanes 1:16-17 “karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima anugerah demi anugerah; sebab hukum taurat diberikan melalui Musa, tetapi anugerah dan kebenaran datang melalui Yesus Kristus”. Tentu saja, keteladanan Yesus Kristus ini tidak bisa kita lakukan dengan kekuatan kita sendiri atau dengan kata lain bila dilakukan dengan usaha kita sendiri. Tentu ini sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Hanya karena kuasa Allah saja kita dimampukan menghadirkan “terang” dalam “gelap”nya dunia. Yaitu dengan keteladanan kasih Kristus kepada sesama manusia.

Dalam hal ini setiap orang percaya harus tahu dalam iman dan pengharapannya dengan terus mengingat perkataan Yesus, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan meng hasilkan buah dan buahmu 2 itu tetap, supaya apa yang kuminta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan Nya kepadamu (Yoh. 15:16). Karena itulah, kita yang sudah dipilih dan mendapatkan hak istimewa dari Allah, hendaknya kehidupan kita sebagai anak-anak Allah harus mampu menghadirkan keteladanan Kristus dalam sikap, tutur kata, dan perbuatan kita hari-demi hari. Sama seperti Yesus Kristus, kita dapat memenuhi harapan Allah dengan jalan hidup kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya. Itu bukan dengan kekuatan sendiri, malainkan hanya boleh terjadi karena anugerah-Nya. Melalui renungan singkat ini juga, kita diingatkan, sebagai anak-anak Allah, kita diberi-Nya kuasa mampu memuliakan-Nya dengan cara menghadirkan terang dalam dunia yang gelap. Bisa saja kita mengalami penolakan, sama seperti Yesus. Namun, kuasa Roh Kudus akan memelihara kita, dalam bahasa Paulus, Roh Kudus yang akan memeteraikan kita. Jadi, sama seperti Kristus yang ada sejak semulanya, marilah kita hidup kudus sebagai anak-anak Allah karena kita dirancang dan dilibatkan Allah dalam karya keselamatan-Nya, yakni terus menghadirkan terang itu di sepanjang zaman agar dunia memuliakan Allah! Amin (BJS)

BJS
Sonny W Adi
05/01/2025 17.11.58