Minggu ini dimaknai sebagai Minggu Pembaptisan Tuhan oleh gerejagereja. Melalui pembaptisan Yesus Kristus umat sejenak dapat menarik makna bagi perjalanan dan pertumbuhan imannya. Namun, berbicara tentang Baptisan merupakan hal yang menarik. Fakta menunjukkan bahwa Baptisan merupakan sebuah momen penting bagi umat tetapi sekaligus menjadi sumber persoalan. Benarkah demikian? Mengapa Baptisan menjadi persoalan! Perhatikanlah gereja-gereja dalam denominasi tertentu yang menyarankan seseorang untuk melakukan Baptisan kembali (cara: Baptis Selam) sebelum resmi diterima sebagai anggota jemaat gereja tersebut. Bagi yang tidak memahami salah satu arti penting Baptisan tentu tidak menjadi persoalan. Namun, sejatinya setiap orang harus memahami bahwa Baptisan hanya dilakukan satu kali seumur hidup (setidaknya GKI memahami demikian). Pemahaman ini memberikan kesadaran bahwa Baptisan dinyatakan sah jika dilakukan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus bukan pada metode yang dilakukan!. Maka dengan melakukan Baptisan kembali, sejatinya seseorang sedang menyatakan bahwa Baptisan yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak sah dan perlu diulangi (atau dibarui). Bukankah Baptisan dimaknai sebagai simbol penyerahan diri seseorang kepada Allah, bukan menyoal metode pembaptisan yang dilakukan (metode percik atau selam). Bacaan Injil menurut Lukas setidaknya menyiratkan makna bahwa Lukas bukan ingin menunjukkan bahwa Baptisan yang dilakukan Yohanes dengan air tidaklah berarti dibandingkan Baptisan yang dilakukan Yesus dikarenakan dengan Roh Kudus dan dengan Api. Namun, Lukas ingin memperlihatkan bahwa siapa Yesus yang hadir sebagai Mesias. Setiap manusia hanya boleh mengarahkan diri kepada-Nya, bukan kepada manusia (baca: Yohanes Pembaptis). Melalui Baptisan yang dilakukan Yesus, sejatinya umat dapat memaknai Yesus merupakan teladan hidup yang berkenan di ‘Mata Allah’. Tentu hal ini dapat dimaknai bukan hanya pada saat Yesus Dibaptis, tetapi melalui seluruh kehidupan-Nya di dunia IA menjadi pribadi yang berkenan di hadapan Allah. Oleh karena itu, mari mulailah untuk tidak mempertentangkan metode Baptisan tetapi marilah selalu mengingat momen Baptisan sebagai momentum untuk mau hidup dengan benar dihadapan Allah dan manusia. Kelak saat Allah menjadi hakim atas kita, hidup kita layak dan berkenan di Mata-Nya. Ingatlah, bahwa dengan menjalani Baptisan berulang kali bukan suatu jaminan hidup kita menjadi benar di Mata Allah!. Tetapi milikilah motivasi hidup yang terarah pada Kristus, agar kita senantiasa dituntun menuju kebenaran oleh-Nya. [CH] |