Kata ‘’Bahagia’’, pasti tidak asing bagi kita. Setiap orang di dunia pasti ingin Bahagia. Banyak langkah yang dilakukan orang untuk meraih dan menemukan kebahagiaan. Ada yang mencari kebahagiaan dengan bekerja terus-menerus sampai lupa waktu. Ada yang mencari kebahagiaan dengan menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya. Ada yang mencari kebahagiaan dengan hura-hura dan mendatangi tempat hiburan malam. Ada yang mencari kebahagiaan dengan menyalahgunakan obat-obat terlarang. Ada yang mencari kebahagiaan dengan berlibur ke tempat-tempat eksotis. Ada yang mencari kebahagiaan dengan tinggal di rumah mewah, bahkan membeli barang-barang mewah dan sebagainya. Apa yang dilakukan orang-orang, termasuk orang Kristen, untuk mencari dan menemukan kebahagiaan dengan mengikuti kebiasaan duniawi ternyata sia-sia. Mereka tidak menemukan kebahagiaan. Jikapun mereka menemukan dan merasakan bahagia, maka yang mereka rasakan adalah kebahagiaan semu, sesaat, bukan kebahagiaan sejati. Artinya, kebahagiaan itu seperti barang langka yang sulit ditemukan. Benarkah kebahagiaan itu seperti barang langka yang sulit ditemukan? Bagi banyak orang, bahkan orang Kristen yang hidup dengan cara dunia, akan berpendapat bahwa kebahagiaan itu seperti barang langka yang sulit ditemukan dan sangat mahal. Namun, bagi orang Kristen yang mengerti dan hidup di dalam kebenaran firman Tuhan, jelas sekali kebahagiaan itu sangat mudah ditemukan. Pemazmur secara tegas menyatakan dalam Mazmur 1 : 1-2 “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan merenungkan Taurat itu siang dan malam”. Perhatikan dan telitilah teks dengan baik. Ayat pertama menyimpulkan bahwa orang yang berbahagia menurut pemazmur adalah orang yang tidak melakukan kejahatan dan dosa. Dengan kata lain, orang yang berbahagia menurut pemazmur adalah orang yang hidup dalam kebenaran. Ayat kedua menyimpulkan, orang yang berbahagia menurut pemazmur adalah orang yang hidup menurut hukum-hukum Tuhan. Jadi ayat pertama dan ayat kedua mengandung makna yang sejajar. Kata bahasa Ibrani dari “kesukaan” adalah khêphets yang berarti kesukaan dengan implikasi menginginkan karena berharga atau sangat berharga. Ini dapat digambarkan seperti anak kecil yang mendapatkan barang yang dia sukai lalu barang itu dia peluk dan tidak mau dilepaskan dan tidak mau diberikan kepada orang lain karena anak tersebut menilai barang tersebut sangat berharga bagi dirinya lebih dari apapun. Demikianlah firman Tuhan. Firman Tuhan itu lebih berharga dari apapun di dunia ini. Pemazmur berkata “Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak” (119:72). Sementara kata bahasa Ibrani dari “merenungkan” adalah hâgâh yang mengandung implikasi melakukan. Firman Tuhan bukan hanya sekadar direnungkan lalu lenyap tidak berbekas dari hidup orang Kristen. Namun, firman Tuhan yang sudah melalui proses perenungan kemudian menyatu dalam hati dan daging untuk seterusnya diimplementasikan di dalam kehidupan orang 3 Kristen. Bukti iman percaya dan kasih orang Kristen kepada Allah adalah dengan melakukan firman-Nya. Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yoh. 14:15). Kepada umat Kristiani, Pemazmur dengan sangat jelas menyampaikan bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang hidup di dalam kebenaran firman Tuhan, orang yang berbahagia adalah orang yang melakukan firman Tuhan. Artinya adalah kebahagiaan itu bisa ditemukan dan dirasakan dan dialami hanya di dalam Tuhan. Jika Tuhan ada di dalam mu dan kamu ada di dalam Tuhan, maka ke manapun kamu berada di situ Dia ada. “Hiduplah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Di manapun, kapanpun, dan dalam situasi apapun, Tuhan tetap ada di dalammu. Tuhan adalah sumber kebahagiaan sejati. [MMY] |