Degarkanlah merupakan bentuk kata kerja perintah dan ajakan kepada seseorang agar memberikan tindakan dari mendengarkan.
Pada Lukas 9:35 tertulis “Inilah Anak-Ku, pilihan-Ku, dengarkanlah Dia,” kalimat ini memberikan perintah dan ajakan kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes yang saat itu mengikuti Yesus ke atas gunung, agar mereka memberikan tindakan terhadap apa yang mereka dengar dan melakukan apa yang dikatakan Yesus.

Dengarkanlah Dia berarti percaya, dan tidak sesat, atau tidak menyeleweng, tetapi taat kepada-Nya. Dengan mendengarkan Yesus senantiasa, tidak hanya di gunung tapi juga dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan dimampukan menghadapi berbagai peristiwa dengan kuasa dan pertolongan Yesus. Mendengarkan Dia berarti percaya dan meyakini kuasa-Nya, serta taat dan tidak menyeleweng dari apa yang diperintahkan-Nya dalam berbagai situasi kehidupan. Sikap mendengarkan Dia ini tidak boleh luntur ketika berhadapan dengan berbagai situasi hidup yang sulit.

Namun, Paulus dalam 2 korintus 3:14, menyatakan pikiran manusia telah menjadi tumpul, walaupun mereka telah mendengar kalimat pernyataan dari surga tentang jati diri Yesus sebagai Sang Anak yang dikasihi dan harus didengarkan mereka tidak hanya di gunung itu, tetapi juga saat mereka turun gunung menghadapi berbagai peristiwa sehari-hari. Kegagalan mereka terjadi karena mereka tidak percaya dan sesat. Kesulitan, tantangan, dan persoalan yang tidak mudah bisa membuat seseorang yang sudah diberi kuasa abai untuk mendengarkan Yesus. Mereka bisa menjadi kurang percaya ataupun menyeleweng dan tidak taat kepada-Nya.

Peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung ini mengingatkan dan mengajak kita kembali untuk “dengarkanlah Dia” sebagai wujud kepercayaan, kasih, dan ketaatan kita kepada-Nya. Hendaknya mulai saat ini kita “dengarkanlah Dia”, walaupun mungkin hidup kita saat ini dalam keadaan tidak baik-baik saja, tapi ingatlah janji dan firman-Nya pasti digenapi. (Inong)