GKI Jatimurni

Renungan [411]

BERTOBAT ADALAH KESEMPATAN
23/03/2025
Yesaya 55 : 1 - 9
Mazmur 63 : 1 - 8
1 Korintus 10 : 1 - 13
Lukas 13 : 1 - 9

Kecewa akan keretakan rumah tangga kedua orangtuanya, remaja cerdas berusia 15 tahun itu kemudian berulah dan jatuh ke dalam praktik penipuan. Dari yang skala kecil, ia menyamar menjadi guru pengganti di sekolahnya untuk membalas teman sekolah yang mem-bully-nya. Setelah itu, berbekal daya ingat dan kecerdasan yang dimiliki, eskalasi penipuannya semakin lama semakin tinggi. Dia sempat membuat banyak tiruan cek palsu yang kemudian diuangkan di banyak bank di Amerika Serikat. Dia juga pernah menyamar menjadi seorang pilot Pan American World Airways sehingga bisa terbang gratis ke 26 negara di berbagai belahan dunia dalam kurun waktu sekitar 2 tahun. Dia pun pernah menyamar sebagai dokter residen di rumah sakit di Georgia kurang dari 1 tahun. Juga pernah menjadi pengacara gadungan untuk mendapatkan restu dari orangtua gadis yang dia taksir. Semua kejahatan itu akhirnya terendus oleh FBI (Biro Investigasi Federal AS) dan akhirnya dia ditangkap yang berwajib.

Di sinilah titik balik terjadi, di mana dalam masa tahanannya dia sempat membantu agen FBI yang menangkapnya untuk memecahkan sebuah kasus pemalsuan cek. Dari kejadian itu, dia diminta bekerja dengan FBI untuk membantu proses penyelesaian berbagai kasus penipuan selama sisa masa tahanannya. Setelah menyelesaikan masa hukumannya, dia pun disewa oleh sebuah perusahaan dengan bayaran jutaan dolar per tahun hanya untuk melihat apakah sebuah cek yang ingin diuangkan oleh orang lain itu palsu atau asli. Itu semua adalah sebuah kisah hidup dari Frank Abagnale Jr yang diangkat dari novel dan film berjudul "Catch Me If You Can" yang terinspirasi dari kejadian nyata di AS pada periode sekitar 1960-1970.

Kisah di atas sedikit menggambarkan bagaimana seseorang yang awalnya hidup dalam suatu kejahatan berulang-ulang, kemudian pada suatu titik jalan hidupnya berubah menjadi seseorang yang berperan dalam mengejar pelaku jenis kejahatan yang pernah dia lakukan sebelumnya.

Pada Lukas 13:6-9 kita membaca perumpamaan seorang pengurus kebun yang diperintahkan tuan pemiliknya untuk menebang pohon ara yang ditanam di kebun anggurnya. Sudah tiga tahun berlalu dan pohon ara belum berbuah. Namun, sang pengurus kebun meminta kesempatan satu tahun lagi baginya untuk merawat dan memberi pupuk dengan harapan supaya nanti berbuah. Bila kemudian nanti tidak berbuah, maka pohon ara tersebut bisa ditebang.

Perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah dapat digambarkan sebagai hidup manusia yang berdosa. Dan pengurus kebun anggur adalah gambaran dari Tuhan Yesus yang meminta kesempatan kepada tuan pemilik kebun (Bapa di surga) untuk memberi manusia waktu supaya bertobat dan berbuah, dalam artian membawa perubahan yang nyata dalam kehidupannya baik untuk diri sendiri atau sesama.

Dalam bacaan 1 Korintus 10:1-13, rasul Paulus mengingatkan jemaat untuk menjauhi segala jenis dosa yang pernah dilakukan nenek moyang mereka saat menjadi pengikut Musa. Ketika itu, mereka mudah bersungut-sungut, hidup dalam percabulan, penyembahan berhala, sehingga akhirnya dihukum Allah. Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus agar sungguh-sungguh hidup dalam pertobatan.

Memasuki minggu pra Paskah 3, bacaan Alkitab kali ini mengajak kita merenungkan kehidupan sebagai manusia yang rapuh akan dosa. Kita diingatkan segera bertobat dan menjauhi segala hal yang tidak berkenan kepada-Nya. Bukan hanya karena menghindari supaya tidak "ditebang" seperti pohon ara yang tidak berbuah. Lebih jauh lagi, kita diberikan kesempatan bertindak nyata membagikan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari kita. Amin. (LML).

LMJ
Sonny W Adi
25/03/2025 08.12.44