Di Bekasi, ada fenomena bus pariwisata mengeluarkan klakson berirama bila diminta remaja tanggung. Sangat membuat bising, i Bekasi, ada fenomena bus pariwisata mengeluarkan klakson bukan? Pasti jemaat GKI Jatimurni juga pernah secara tidak sengaja mendengarnya. Dalam dunia yang penuh suara, tidak saja dari bus pariwasata, namun dari media sosial, berita, opini, bahkan kekhawatiran dari dalam hati, bagaimana kita bisa membedakan suara Tuhan dari yang lain? Di Yohanes 10:27, Yesus berkata, "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku." Yesus, Sang Gembala Baik, tidak hanya mengenal kita, tetapi juga berbicara kepada kita. Ia memanggil kita dengan nama, menuntun dengan kasih, bukan dengan ketakutan. Mazmur 23 menguatkan: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.” Suara-Nya menuntun di tengah lembah-lembah hidup yang menantang. Di GKI Jatimurni, kita dipanggil untuk tidak hanya mendengar suara Tuhan, tetapi juga meresponsnya dalam tindakan kasih. Seperti Petrus yang mendengar seruan untuk menolong di Yope, dan Tabita yang hidupnya menjadi berkat bagi para janda dan orang miskin, kita pun dipanggil untuk hadir dan peduli di tengah jemaat dan masyarakat. Mungkin suara Tuhan itu datang melalui ajakan untuk melayani, berbagi, atau sekadar hadir bagi mereka yang terluka dan terpinggirkan. Suara-Nya bisa hadir dalam renungan harian, dalam nasihat sahabat seiman, atau saat kita hening di hadapan-Nya. Tantangan kita hari ini bukan hanya membedakan suara Tuhan, tetapi juga berani melangkah saat Ia menuntun. Mari terus melatih kepekaan hati agar kita tidak hanya menjadi pendengar, tapi juga pelaku Firman. Sebab Sang Gembala tak hanya menuntun, Ia juga menyertai dan memelihara. (pwp) |