GKI Jatimurni

Renungan [427]

MENJADI SESAMA MANUSIA
13/07/2025
Ulangan 30 : 9 - 14
Mazmur 25 : 1 - 10
Kolose 1 : 1 - 14
Lukas 10 : 25 - 37

Asisten rumah tangga, tukang becak, buruh bangunan, tukang ojek, sopir dan kurir sering dianggap pekerjaan yang tidak berkelas. Seringkali, orang memandang sebelah mata pada mereka. Tidak jarang juga kita lihat mereka diperlakukan tidak adil tanpa belas kasihan, bahkan kadang diabaikan. Begitu juga dengan orang yang berbeda pandangan, berbeda latar belakang, berbeda agama, dan berbeda dalam status ekonomi, selalu dianggap sebagai musuh atau sesama yang perlu dijauhi dan diabaikan.

Menjadi sesama manusia adalah orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepada orang yang membutuhkan belas kasih, memerlukan pertolongan, dan perlu peneguhan. Tuhan Yesus mengajarkan, menjadi sesama manusia adalah laku hidup dalam kasih. Karena itu, sikap abai kepada sesama tidak dikehendaki oleh-Nya. Pengabaian kepada sesama terjadi karena kebencian, diskriminasi, merasa super dan iri hati, yang membuat manusia kehilangan kasih. Selain itu, banyak orang abai kepada sesamanya karena tidak berani mewujudkan kasih. Menyatakan kasih terkadang berisiko, bahkan harus dilakukan dengan pengorbanan, seperti korban waktu, tenaga, uang, pikiran, bahkan tak jarang juga korban perasaan. Akibatnya, orang tidak berani mengambil risiko memberikan pertolongan bagi sesama yang membutuhkan. Orang takut dikira sok jadi pahlawan, dikira pencitraan, dikira kristenisasi, dikira "ini dan itu". Ketika orang takut menolong sesamanya yang menderita, sebenarnya orang itu berlaku egois. Egois membuat orang mencari rasa aman bagi dirinya sendiri.

Dari Lukas 10: 25-37, tindakan kasih orang Samaria itu menunjukkan bahwa kasih sejati rela berkorban. Pengorbanan orang Samaria tersebut sangat banyak dan berisiko. Namun, ia tetap melakukannya tanpa pamrih tertentu, tidak seperti pengabaian yang dilakukan oleh orang Lewi dan ahli Taurat yang terlebih dahulu melihat orang yang terluka dan tergeletak di tengah jalan tanpa menolongnya.

Kebiasaan mempraktikkan kasih menjadi sulit karena kurangnya penghayatan iman akan Allah. Kolose 1:4 menyampaikan bahwa iman pada Allah membuahkan kasih. Kasih berasal dari Allah. Kasih sejati bersifat universal. Dampak iman yang sejati menjadikan para pengikut Kristus mengalami kasih Allah. Pengalaman dikasihi Allah menjadikan manusia dapat mewujudkan kasih kepada sesamanya. Kasih tidak memandang manusia dan latar belakangnya. Di sinilah kasih menjadikan manusia siap menjadi sesama bagi manusia lainnya. Mengerjakan kasih merupakan panggilan yang sama dari dulu, sekarang, dan selamanya. (Inong)

Inong
Sonny W Adi
16/07/2025 09.56.21