Keramahan merupakan gerak batin atau fisik dari dalam diri seseorang untuk menerima, menyambut sesamanya dengan hati, wajah, dan ekspresi gembira. Mengapa seseorang bisa bersikap ramah pada orang lain? Tentunya hal ini datang dari dalam diri seseorang yang menganggap orang lain sebagai pribadi yang berharga. Ia mencintai sesama dengan tulus sebagai wujud syukur karena hidupnya dicintai oleh Tuhan dan merasa hidupnya sudah terlebih dahulu dikasihi Tuhan. Dalam Kejadian 18 : 1-10 mengisahkan keramahan keluarga Abraham dan Sarah ketika ada tiga orang datang ke rumahnya. Abraham tidak mengenal orang yang datang itu, tetapi Abraham menyambut mereka dengan gembira. Abraham membasuh kaki tamunya sebagai wujud penghormatan dan keramahan. Abraham mempersilakan tamu-tamunya beristirahat di bawah pohon Tarbantin. Abraham juga meminta Sarah membuat roti bundar bagi tamu-tamunya. Keramahan Abraham sebagai wujud syukur atas kebaikan Allah dalam hidupnya Keramahan Abraham terhadap tamu-tamunya membuahkan berkat yang luar biasa, yaitu mendapat peneguhan janji Allah bahwa ia akan diberi gelar ”Bapa segala bangsa”. Dari kisah Abraham ini kita belajar perlunya menerima kehadiran sesama dengan senang hati dan penuh ketulusan. Kebalikan dari keramahan adalah kemarahan. Ketika ada kemarahan, permusuhanlah yang terjadi. Kemarahan pada dasarnya adalah wujud penolakan pada sesama. Dalam kemarahan yang terjadi adalah tindakan yang menyatakan diri benar, sementara pihak lain salah. Kisah tentang kemarahan tampak dalam kisah Maria dan Marta saat menyambut kedatangan Yesus di rumah mereka. Maria dan Marta menyambut Yesus dengan cara berbeda. Maria mewujudkan keramahan dengan cara duduk di bawah kaki Yesus dan mendengarkan perkataanNya. Sedangkan Marta melalui kesibukannya menyiapkan hidangan bagi Yesus. Marta gusar dan menegur Yesus serta saudaranya. Marta membanding-bandingkan pelayanannya dengan pelayanan Maria. Yesus menegur Marta agar tidak membanding-bandingkan pelayanannya. Saudara terkasih, keramahan merupakan panggilan hidup bagi setiap orang percaya. Dalam setiap situasi apapun kita harus menjalin relasi dengan sesama dengan penuh keramahan. Gereja yang menjadi berkat juga harus menyambut setiap orang dengan penerimaan dan keramahan. Melalui keramahan gereja mampu menjangkau banyak jiwa untuk percaya dan merasakan sentuhan kasih Kristus. (DS). |