Hidup oleh iman berarti hidup oleh dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibrani 11:1) Pada usia mendekati seratus tahun, Allah meminta Abraham hidup di hadapan-Nya dengan tidak bercela. Allah akan mengadakan perjanjian antara Dia dan Abraham, perjanjian yang akan berlaku juga bagi keturunannya. Allah akan menjadikan Abraham bapa sejumlah besar bangsa.

Selain itu, raja-raja akan berasal dari keturunannya. Perjanjian antara Allah dan Abraham dan juga keturunannya turuntemurun menjadi perjanjian yang kekal. Selain itu, Allah akan memberkati Sara, isteri Abraham, sehingga dia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya. Terhadap janji Allah, Abraham tidak bimbang karena ketidakpercayaan.

Dia malah diperkuat dalam imannya dan dia memuliakan Allah dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa melakukan apa yang telah Ia janjikan. Dia dibenarkan Allah karena imannya. Imannya mendasari segala sesuatu yang dia harapkan. Imannya adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak dia lihat. Dia hidup oleh imannya.

Mereka yang percaya pada Yesus dan melakukan kehendak-Nya hidup oleh dasar dari segala sesuatu yang mereka harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak mereka lihat. Yesus tetap menjalani kematian-Nya dan memberi kepada Petrus dan kita yang mengikutinya dasar dan bukti dari iman kita.

Pengikut Yesus harus mengakui Allah, menyangkal dirinya, memikul salibnya, mengikuti Dia, rela kehilangan nyawanya karena Yesus dan karena Injil, tidak malu karena Yesus dan karena perkataan-Nya. Tanpa hidup oleh iman, pengikut Kristus tidak akan memenuhi syarat-syarat Yesus tadi. Seperti Abraham yang dibenarkan karena imannya, kita pun dibenarkan karena iman kita.

Marilah kita hidup oleh iman: oleh dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan an oleh bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (CA)