Akibat amukan badai dan hempasan ombak yang menggelora, para murid yang sedang berada dalam perahu mulai panik dan ketakutan, padahal di dalam perahu yang sama ada Tuhan Yesus yang seharusnya tetap mereka andalkan.

Maka merekapun segera membangunkan-Nya dan menegur “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa ?” dan Tuhan Yesus-pun segera bertindak “ Diam ! Tenanglah !”.Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. (Markus 4: 35-41).

Acapkali terjadi, iman dan pengharapan kitapun menyusut dan meredup jika terjangan badai kehidupan melanda kita. Kita panik dan lupa bahwa dalam setiap perjalanan bahtera
kehidupan kita itu Tuhan Yesus-lah yang menjadi nahkodanya.

Dari bacaan di Ayub 38 maupun Mazmur 107, kita diingatkan bahwa Tuhan tidak pernah dan tidak akan pernah membiarkan kita sendirian dalam mengarungi samudera kehidupan. Untuk itu marilah kita belajar seperti Paulus dalam menjalankan tugas pelayanannya, kita harus mampu dan mau membuka hati kita selebar-lebarnya dan selalu mengucap syukur kepada Tuhan, sebab Ia baik. Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Immanuel. - SRT