“Semua orang inginkan kebenaran berada dipihaknya,

namun sedikit yang sungguh mau berada di pihak kebenaran. Semua orang seakan-akan tampil menjunjung kebenaran,

namun sedikit yang sungguh mau berkorban membela kebenaran.”

Pernyataan di atas merupakan lirik dari salah satu bait dalam lagu  berjudul ”Semua Orang Inginkan Kebenaran”. Lirik tersebut menggambarkan sesuatu yang paradoks, antara keinginan setiap orang dengan realita keengganan orang dalam mewujudnyatakan kebenaran.

Namun, demikianlah adanya jika kehidupan saat ini dicermati. Lebih jauh, yang terjadi saat ini adalah kencenderungan tak sedikit orang, justru menjadi permisif dan toleran terhadap kebobrokan moral. Lalu, bagaimana dengan kita, yang mengaku sebagai pengikut Kristus? S’perti halnya Yohanes Pembaptis yang menghidupi cara mengikuti Kristus, ia berani menyuarakan pesan moral dan kebenaran meskipun resiko besar harus ditanggungnya (Markus 6:14-29).

Maukah kita berlaku demikian? Bukankah kehidupan kita dalam mengikuti Tuhan berbanding lurus dengan panggilanNya untuk senantiasa mau menyuarakan kebenaran, s’perti halnya Amos (Amos 7:15). Jika kebenaran hanya disuarakan sebatas keinginan, kebenaran hanya menjadi utopia. Selamat menjadi ‘corong Allah’ dalam menyampaikan kebenaran di tengah dunia. [CH]