Tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati…” adalah cuplikan lagu yang mengungkapkan kenyataan hidup manusia yang sering tidak bisa menguasai perkataan atau dipegang janji-janjinya. Ada banyak konflik terjadi karena perkataan yang tidak bisa dikendalikan atau karena janji yang tidak ditepati. Tuhan Yesus memarahi Petrus karena ia tidak dapat menguasai lidahnya “ Enyahlah iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Markus 8 : 33). Yesus sadar betul apa yang dipikirkan Petrus adalah godaan dari iblis, ketika Yesus mengatakan terus tentang penderitaan yang akan dialamiNya. Jadi bagaimana sebagai anak Tuhan agar kita dapat menguasai lidah? Yesaya mengajak kita untuk mempunyai lidah seorang murid. Murid artinya hidup dalam kepatuhan pada Allah, supaya dengan perkataan, kita dapat memberi semangat baru pada orang yang letih lesu. Lidah yang tidak bisa dikendalikan akan mengeluarkan kata-kata ejekan, cacian, hinaan, kutukan yang ujung-ujungnya akan mengakibatkan sakit hati, sehingga dapat menghancurkan hubungan kerja, persahabatan bahkan persaudaraan. Sebaliknya melalui perkataan manis yang berisi pujian, perkataan yang ramah, nasehat, akan memberi semangat baru dan membangun sesama. Kiranya melalui perkataan dan perbuatan, kita dapat menjadi berkat bagi sesama. (DS) |