St. Darmawijaya, Pr. di dalam bukunya Nasihat Injili (Kanisius: Yogyakarta, 2006) mengatakan, salah satu ciri-ciri ketaatan religius adalah bagaimana seseorang menggunakan kemerdekaan pribadi demi mengembangkan kehidupan bersama. Selanjutnya, Darmawijaya mengatakan, ketaatan merupakan loyalitas dalam mengembangkan hidup. Ungkapan ini menandaskan, bahwa sikap taat memiliki sebuah tujuan mulia. Tujuan ketaatan yang tidak hanya sebatas melatih diri dalam kedisiplinan, yang mungkin seringkali dipahami orang secara umum, tetapi ketaatan merupakan sebuah orientasi yang ditujukan juga untuk kebaikan orang lain. Demikian pula halnya makna ketaatan yang tersirat melalui ungkapan Yesus kepada murid-muridnya “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia... (Markus 9:31)”. Ketaatan Yesus bukan berorientasi pada dirinya sendiri, melainkan sebuah gambaran loyalitas-Nya dalam mewujudkan misi Allah bagi dunia. Lalu, bagaimana dengan kita? Ya, tentu menerapkan ketaatan tidaklah mudah! Murid-murid Yesus pun demikian sebagai pribadi-pribadi yang jatuh-bangun dalam mewujudkan sikap yang taat. Akan tetapi, itu bukanlah sebuah alasan untuk tidak mau belajar menghidupi ketaatan. Meski ketaatan membutuhkan kerelaan berkorban dan kerendah-hatian tetapi jangan kecil hati, Yakobus 3:17 mengatakan, hikmat dari atas diberikan Allah Sang Sumber Hikmat untuk menuntun kita belajar taat. Berjuanglah dalam mewujudkan misi Allah dalam sikap taat di tengah kehidupan sehari-hari. [CH] |