GKI Jatimurni

Renungan [88]

KELUARGA : KAMI TERBATAS TAPI DIMAMPUKAN
28/10/2018
Yeremia 31 : 7 – 9
Mazmur 126
Ibrani 7 : 23 - 28
Markus 10 : 46 - 52

Tak ada manusia yang terlahir sempurna, jangan kau sesali, segala yang telah terjadi. Penggalan lirik lagu di atas menyiratkan sebuah pesan penting, agar setiap orang mau berdamai (baca : menerima dengan ikhlas) dengan ketidak-sempurnaan (baca : keterbatasan).

Mengapa perlu berdamai? Berdamai setidaknya dimaksudkan agar seseorang dapat memiliki hati dan pikiran yang jernih melihat keterbatasan dirinya sendiri maupun orang lain. Sebuah keterbatasan yang tidak dapat diterima dengan baik bukanlah tidak mungkin dapat menjadi sumber ‘penyakit’ bagi seseorang. Bermula dari pikiran, yang kemudian akan menjelma menjadi sikap yang kurang baik seperti, suka mengeluh, pesimis, iri hati, dsb.

Dengan kata lain, orang yang tidak mampu menyingkapi fakta keterbatasan manusia dengan benar, pada akhirnya akan tersesat dalam ‘lembah kelam’ pikirannya sendiri. Jangankan mampu menguatkan oranglain, mengatasi dirinya sendiri menjadi sesuatu yang mustahil. 
Kisah Bartimeus di Markus 10 : 46 - 52 dapat menginspirasi dalam menyingkapi sebuah keterbatasan. Setidaknya, ada dua hal yang menarik yaitu

  1. Bartimeus memiliki sikap pantang menyerah dalam mengatasi keterbatasannya sebagai wujud perasaan berdamai.
  2. Sikap Yesus yang bertentangan dengan sikap para murid, IA mau memberikan ruang bagi Bartimeus dalam segala keterbatasannya. Oleh karena itu, baik Bartimeus dan Yesus menginspirasi kita untuk bagaimana menghadapi keterbatasan diri dan bagaimana cara pandang kita terhadap keterbatasan sesama. - [CH]
     
CH
Sonny W Adi
27/10/2018 09.01.44